SOLO, KOMPAS.com - Gelak tawa pecah seketika setelah salah satu murid di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Banaran, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, memberikan jawaban yang tak terduga.
Bocah itu tanpa sengaja mampu membuat suasana kelas literasi−dalam rangkaian aksi bertajuk "Dari Kata ke Nyata" dalam ekspedisi Jagat Literasi 30 tahun Kompas.com, Selasa (5/8/2025) pagi, kian semarak.
Peristiwa itu bermula saat seorang siswa menjawab pertanyaan relawan tentang pengalaman mendaki.
"Siapa yang pernah ke Gunung Merbabu?" ujar Daniel Kalis, karyawan Kompas.com yang memberikan waktunya menjadi relawan dalam aksi ini.
Baca juga: Awali Aksi Jagat Literasi, Relawan Kompas.com Terjun ke MI Sindon 2 Boyolali
Pertanyaan itu langsung dijawab spontan oleh seorang anak. "Aku pernah, tapi di Roblox," kata dia disambut gelak tawa siswa dan para relawan yang hadir.
Jawaban si bocah mungkin terdengar jenaka. Namun, sesungguhnya hal ini bisa menjadi cermin tentang seberapa besar paparan internet kepada para siswa di sana.
Roblox adalah platform permainan daring yang juga memungkinkan penggunanya untuk membuat dan membagikan game mereka sendiri.
Pengguna dapat menjelajahi berbagai macam dunia virtual 3D yang dibuat oleh pemain lain, atau membuat dan mengembangkan pengalaman mereka sendiri.
Kekhawatiran atas paparan permainan online ini pula yang sempat diutarakan Kepala SDN 2 Banaran Rini Hastuti.
Bagi Rini, tingginya tingkat interaksi siswa terhadap internet kerap membawa pengaruh buruk pada perilaku siswa.
Hal ini, kata Rini, bisa terdengar dari celetukan-celetukan para siswa, sehingga muncul pula kekhawatiran siswa telah mengakses materi yang tak sesuai dengan usia mereka.
Kegiatan ekspedisi Jagat Literasi, dalam rangka peringatan 30 Tahun Kompas.com, dengan cara kegiatan nyata bertajuk Dari Kata ke Nyata, pada Selasa (5/8/2025).Sejak awal, aksi literasi yang digagas Kompas.com memang bukan melulu tentang minat baca, melainkan lebih dari itu untuk memahami lebih dalam, dan bahkan semua sisi dari sebuah informasi.
Sejalan dengan itu, tinggi paparan internet untuk kebutuhan bermain telah menggerus budaya membaca buku di kalangan para siswa di sekolah ini.
"Punya buku selain buku pelajaran?" tanya Daniel.
"Ya di sekolah, dan di rumah kalau mengerjakan PR jawaban (cari) lewat hp, Google," teriak seorang siswa.
Baca juga: Aksi Jagat Literasi, Nyalakan Imajinasi Anak di Boyolali Lewat Literasi dan STEM