CARLO Acutis, remaja Italia kelahiran Inggris yang memiliki bakat komputer luar biasa yang mendapat julukan “pemengaruh Tuhan,” (God's Influencer), akan menjadi santo milenial pertama dalam Gereja Katolik.
Paus Fransiskus telah mengakui mukjizat kedua yang dikaitkkan dengan Acutis, seorang gamer dan pemrogram komputer yang meninggal karena leukemia tahun 2006, pada usia 15 tahun.
Semasa hidupnya, Acutis menggunakan keterampilan teknologinya untuk menyebarkan kesadaran akan iman Katolik, termasuk membuat situs web yang mendokumentasikan mukjizat.
Baca juga: Mengenal Carlo Acutis, Santo Pelindung Internet
Para calon santo/santa atau orang kudus dalam Gereja Katolik biasanya perlu memiliki dua mukjizat yang dikaitkan dengan mereka sebelum mereka dapat dikanonisasi atau dinyatakan sebagai orang kudus.
Mukjizat terbaru yang dikaitkan dengan Acutis berkaitan dengan laporan penyembuhan seorang gadis dari Kosta Rika, Valeria Valverde (21 tahun), yang menderita pendarahan otak akibat cedera kepala setelah terjatuh dari sepeda di Florence, Italia, tempat dia belajar. Kecelakaan itu terjadi pada Juli 2022. Harapan Valeria untuk bertahan hidup sudah hampir nol.
Menurut laporan Vatican News, ibu Valeria, yaitu Liliana, berziarah ke makam Acutis di Asisi dan berdoa sambil meninggalkan surat dengan harapan agar putrinya sembuh.
Pada hari itu juga, Liliana mendapat kabar dari rumah sakit tempat Valeria dirawat bahwa putrinya tiba-tiba kembali bernapas.
“Hasil pemindaian menunjukkan bahwa perdarahan telah hilang dan pada 11 Agustus, perempuan itu dipindahkan ke terapi rehabilitasi.
“Setelah hanya seminggu, jelas bahwa pemulihan total tinggal selangkah lagi," tulis Vatican News sebagaimana dikutip BBC.
Acutis dibeatifikasi dan dinyatakan sebagai “beato" setelah mukjizat pertamanya tahun 2020. Mukjizat pertama Acutis dikaitkan dengan kesembuhan seorang anak laki-laki dari Brasil yang memiliki cacat lahir di pankreasnya yang membuatnya tidak dapat makan secara normal.
Acutis lahir di London, Inggris, tahun 1991. Dia kemudian pindah ke Milan, Italia, bersama keluarganya. Meskipun orangtua Acutis tidak beragama, iman anak laki-laki itu dipupuk oleh pengasuhnya yang berasal dari Polandia.
Acutis meninggal di Italia tahun 2006, pada usia 15 tahun, karena leukemia promyelocytic akut (M3). Acutis jatuh sakit pada 2 Oktober 2006, dan awalnya dianggap hanya terserang flu. Namun kondisinya memburuk dan ia didiagnosis menderita leukemia.
Baca juga: Santo Pelindung Internet Carlo Acutis Diberi Gelar Beato oleh Paus Fransiskus
Pada 10 Oktober 2006, Acutis meminta untuk diberi sakremen minyak suci dan sakramen ekaristi. Dia merasa yakin dirinya akan segera meninggal. Keesokan harinya, dia mengalami koma karena pendarahan otak. Dia dinyatakan meninggal secara klinis pada jam 5 sore, dan jantungnya berhenti berdetak sekitar dua jam kemudian.
Meskipun hidupnya singkat, ia meninggalkan warisan yang luar biasa terkait komitmennya terhadap iman dan kemampuannya untuk memadukannya dengan kecintaannya terhadap teknologi informasi, yang membuatnya mendapatkan gelar “Rasul Siber Ekaristi.”