BEIRUT, KOMPAS.com – Israel pada Kamis (28/11/2024) menyatakan bahwa gencatan senjata dengan Hizbullah telah dilanggar, beberapa jam setelah sumber keamanan Lebanon melaporkan serangan tank Israel di enam wilayah selatan Lebanon.
Insiden ini menimbulkan keraguan terhadap kesepakatan damai yang dicapai setelah lebih dari setahun pertempuran.
Gencatan senjata antara Israel dan kelompok Lebanon, Hizbullah, mulai berlaku pada Rabu dalam perjanjian yang dimediasi oleh Amerika Serikat dan Perancis.
Baca juga: Joe Biden Dorong Gencatan Senjata di Gaza, tapi Pemimpin Israel Masih di Tujuan Awal
Perjanjian ini bertujuan memungkinkan warga kedua negara kembali ke rumah mereka di wilayah perbatasan yang hancur akibat pertempuran selama 14 bulan.
Dilansir Reuters, militer Israel menyatakan bahwa gencatan senjata dilanggar setelah “tersangka,” termasuk beberapa kendaraan, terlihat di zona selatan.
Sementara itu, anggota parlemen Hizbullah, Hassan Fadlallah, menuduh Israel menyerang warga yang kembali ke desa-desa di selatan Lebanon.
Tank-tank Israel dilaporkan menyerang enam wilayah di sepanjang perbatasan pada Kamis pagi, termasuk Markaba, Wazzani, Kfarchouba, Khiyam, Taybe, dan dataran pertanian sekitar Marjayoun, menurut media pemerintah dan sumber keamanan Lebanon.
Semua wilayah ini berada dalam radius dua kilometer dari Blue Line, perbatasan yang ditetapkan antara Lebanon dan Israel. Dua orang dilaporkan terluka di Markaba.
Keluarga-keluarga Lebanon yang terlantar dari rumah mereka dekat perbatasan mencoba kembali untuk memeriksa properti mereka, meskipun pasukan Israel masih ditempatkan di wilayah Lebanon dekat perbatasan.
Wartawan Reuters mendengar drone pengintai terbang di atas wilayah tersebut.
Militer Israel belum memberikan komentar terkait serangan tersebut, sementara Hizbullah juga belum merespons.
Baca juga: Hamas Juga Siap Gencatan Senjata di Gaza, seperti Israel-Hizbullah
Gencatan senjata ini menandai berakhirnya konfrontasi paling mematikan antara Israel dan Hezbollah dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, perjanjian itu mengizinkan pasukan Israel tetap berada di selatan Lebanon hingga 60 hari sebelum penarikan penuh, dengan ketentuan bahwa kedua belah pihak tidak boleh melancarkan operasi ofensif.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menginstruksikan militer untuk tidak mengizinkan warga kembali ke desa-desa di dekat perbatasan untuk alasan keamanan.
Baca juga: Hizbullah Klaim Kemenangan Lawan Israel Usai Gencatan Senjata
Sementara itu, Ketua Parlemen Lebanon Nabih Berri, yang memimpin negosiasi kesepakatan tersebut, mengatakan warga sudah diizinkan kembali ke rumah mereka.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini