BEIRUT, KOMPAS.com - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa Israel siap melancarkan perang intensif terhadap Hizbullah jika kelompok tersebut melanggar gencatan senjata rapuh yang baru saja diterapkan di Lebanon.
Pernyataan itu muncul di tengah ketegangan yang masih tinggi, meski gencatan senjata telah memasuki hari kedua.
“Saya telah memberi arahan kepada militer Israel untuk melancarkan perang intensif jika gencatan senjata dilanggar,” kata Netanyahu dalam wawancara dengan Channel 14 pada Kamis (29/11/2024), dilansir AFP.
Baca juga: Israel Akan Banding ke ICC soal Surat Penangkapan Netanyahu dan Eks Menhan Yoav Gallant
Sebelumnya, militer Israel melaporkan serangan udara terhadap fasilitas penyimpanan roket Hizbullah di Lebanon selatan, yang disebutnya sebagai tempat aktivitas teroris.
“Ancaman ini berhasil digagalkan,” ungkap pihak militer.
Nazih Eid, wali kota Baysariyeh di Lebanon selatan, mengonfirmasi bahwa serangan tersebut mengenai kawasan hutan yang jauh dari pemukiman warga.
“Mereka menargetkan area yang tidak bisa diakses oleh warga sipil,” katanya.
Namun, ketegangan tetap tinggi. Pada Kamis pagi, dua warga sipil terluka akibat tembakan Israel di sebuah desa perbatasan, menurut Kantor Berita Nasional Lebanon (NNA).
Militer Israel mengklaim bahwa mereka menembaki sejumlah tersangka yang dianggap melanggar gencatan senjata.
Gencatan senjata ini, yang diinisiasi oleh Amerika Serikat dan Perancis, bertujuan mengakhiri konflik yang telah menewaskan ribuan orang di Lebanon dan menyebabkan eksodus massal di kedua sisi perbatasan.
Baca juga: Perancis Nyatakan Netanyahu Miliki Imunitas Hindari Penangkapan ICC
Menurut pejabat AS, perjanjian ini mengatur bahwa pasukan Israel akan tetap berada di posisi mereka selama 60 hari, sementara militer Lebanon dan pasukan keamanan lainnya mulai bergerak menuju wilayah selatan.
Setelah itu, Israel akan melakukan penarikan bertahap untuk mencegah adanya kekosongan kekuasaan yang bisa dimanfaatkan oleh Hizbullah.
Di lapangan, tentara Lebanon telah mulai berpatroli dan mendirikan pos pemeriksaan di selatan Sungai Litani, meski mereka belum memasuki area di mana pasukan Israel masih berada.
Di tengah upaya penerapan gencatan senjata, banyak warga Lebanon yang kembali ke desa mereka setelah dua bulan mengungsi.
Namun, mereka menemukan tempat tinggal mereka telah hancur.
“Meski penuh kehancuran dan kesedihan, kami senang bisa pulang,” ujar Umm Mohammed Bzeih, seorang janda dari desa Zibqin yang kembali bersama empat anaknya.
Baca juga: Israel Setuju Gencatan Senjata dengan Hizbullah, Netanyahu Berterima Kasih ke Biden
“Seolah-olah jiwa kami telah kembali,” tambahnya sambil membersihkan puing-puing di rumahnya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini