SANA'A, KOMPAS.com - Kelompok Houthi di Yaman kembali mengeklaim telah melancarkan serangan keempat dalam 72 jam terakhir terhadap kapal perang Amerika Serikat (AS) di Laut Merah, Rabu (19/3/2025).
Juru bicara militer Houthi menyebutkan bahwa rudal jelajah dan pesawat nirawak mereka menargetkan kelompok kapal induk USS Harry S Truman dalam serangan terbaru tersebut.
Sementara itu, militer AS mengonfirmasi bahwa operasi mereka terhadap kelompok bersenjata Houthi yang didukung Iran masih terus berlangsung.
Baca juga: AS Gempur Lokasi Para Pemimpin Houthi Bersembunyi
Hanya satu jam sebelum pernyataan Houthi, Komando Pusat AS (Centcom) memastikan operasi mereka terhadap kelompok tersebut masih berjalan.
Washington sebelumnya telah meluncurkan serangan besar-besaran terhadap Houthi pada Sabtu lalu.
Serangan ini memicu gelombang protes massal di Yaman serta upaya pembalasan yang menurut seorang jenderal AS tidak efektif.
AS juga menegaskan akan terus menargetkan kelompok Houthi hingga mereka menghentikan serangan terhadap jalur pelayaran di Laut Merah dan Teluk Aden.
Pasalnya, jalur ini dilewati sekitar 12 persen dari lalu lintas pengiriman global, sehingga terganggu akibat serangan Houthi.
Sebagai bagian dari poros perlawanan Iran terhadap AS dan Israel, kelompok Houthi mengeklaim tindakan mereka di Laut Merah sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina.
"Agresi AS tidak akan menghalangi Yaman yang teguh dan berjuang untuk memenuhi tugas agama, moral, dan kemanusiaannya terhadap rakyat Palestina," demikian pernyataan Houthi pada Rabu, dikutip dari AFP.
Sehari sebelumnya, kelompok Houthi juga berada di balik serangan rudal yang dicegat oleh Israel. Mereka bersumpah akan meningkatkan serangan setelah Israel kembali melancarkan operasi militer besar-besaran di Jalur Gaza.
Baca juga: Trump: Setiap Serangan Houthi Sekarang Dianggap Tembakan Iran
Pada Selasa, Houthi meluncurkan rudal yang mereka klaim menargetkan pangkalan udara Israel. Ini menjadi serangan pertama dari Yaman ke Israel sejak gencatan senjata 19 Januari dalam konflik Israel-Hamas.
Israel pun mengonfirmasi bahwa mereka berhasil mencegat rudal tersebut sebelum memasuki wilayahnya.
Sirene serangan udara sempat berbunyi di Beersheba dan sebagian Gurun Negev sebelum rudal itu dihancurkan oleh Angkatan Udara Israel (IAF).
Di sisi lain, Dewan Politik Tertinggi Houthi mengecam agresi terbaru Israel di Jalur Gaza. Gelombang serangan Israel kali ini menjadi yang paling mematikan sejak gencatan senjata diberlakukan.
Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas melaporkan lebih dari 400 orang tewas akibat serangan terbaru Israel.
Ketegangan di kawasan diprediksi akan terus meningkat, terutama dengan aksi saling serang antara kelompok Houthi, Israel, dan militer AS yang masih berlangsung hingga saat ini.
Baca juga: Alasan Kenapa AS Serang Houthi di Yaman
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini