NAMA Elon Musk nyaris tak terpisahkan dari perbincangan tentang masa depan teknologi. Sebagai otak di balik Tesla, SpaceX, dan Neuralink, Musk kerap dipuja sebagai pionir disrupsi global.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ketokohannya tak lagi steril dari kontroversi. Ia mundur dari pemerintahan Donald Trump karena menentang kebijakan iklim, lalu terlibat perseteruan publik menjelang pemilu AS 2024.
Tak sedikit pengamat yang menilai, dari ikon masa depan, Musk kini mulai menjadi beban bagi merek yang dibangunnya sendiri.
Reputasi Musk yang menurun turut menyeret performa Tesla di sejumlah pasar. Di Eropa, penjualan Tesla anjlok hampir 50 persen pada April 2025.
Selanjutnya di Jerman, salah satu pasar otomotif terbesar, penurunan mencapai sepertiga.
Baca juga: Ketika Mesin Industri Tak Lagi Berdentang
Pengaruh Musk yang besar terhadap brand image Tesla kini menjadi pedang bermata dua, kharismanya mengangkat, tapi kontroversinya mengguncang.
Bahkan di Indonesia, meski disambut hangat oleh Jokowi selaku Presiden saat itu, kiprah Tesla masih lebih banyak hadir di tataran simbolik: launching Starlink, kunjungan forum, tanpa kejelasan investasi otomotif nyata.
Di saat citra Tesla melambat, produsen mobil listrik asal China, BYD, justru melaju cepat dalam senyap dan penuh strategi.
Sementara publik sibuk membicarakan Musk, mobil-mobil BYD telah berseliweran di jalanan Indonesia.
Kuartal pertama 2025 mencatatkan penjualan lebih dari 8.200 unit, menjadikan BYD pemimpin pasar kendaraan listrik nasional dengan pangsa lebih dari 36 persen.
Produk-produk mereka seperti Dolphin, Atto 3, dan Seal langsung diterima pasar berkat kombinasi harga terjangkau, spesifikasi relevan, dan ketersediaan stok.
BYD tak hanya menjual. Mereka membangun fondasi. Perusahaan ini tengah membangun pabrik senilai 1 miliar dollar AS di Subang, Jawa Barat, berdiri di atas lahan 108 hektare, lebih luas dari Tesla Gigafactory Texas.
Proyek ini sempat diganggu premanisme lokal yang menuntut jatah proyek, tapi tetap dilanjutkan tanpa kompromi berarti.
Baca juga: Tambang Nikel Raja Ampat: Ironi Narasi Transisi Energi Hijau
Bahkan ketika pabrik BYD di Shandong, China ditutup, manajemen segera memastikan bahwa operasional di Indonesia tetap aman dan menjadi bagian strategis dari ekspansi global mereka, terutama menghadapi kebijakan tarif tinggi Amerika terhadap kendaraan listrik China.
Tak hanya di segmen kendaraan pribadi, lanskap transportasi umum pun tengah berubah. Perusahaan taksi asal Vietnam, Xanh SM, resmi meluncurkan layanan taksi listrik di Jakarta pada Desember 2024.