MALANG, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Malang secara proaktif mendukung rencana realisasi program Trans Jatim koridor Malang Raya oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang mengusulkan penggunaan mikrobus sebagai armada utama dengan menjalin komunikasi bersama paguyuban angkutan kota (angkot) konvensional untuk berfungsi sebagai angkutan pengumpan (feeder).
Kepala Dishub Kota Malang, Widjaja Saleh Putra menjelaskan, pihaknya telah memberikan masukan kepada Pemprov Jatim terkait kondisi infrastruktur jalan di Kota Malang.
Baca juga: Orleysen, Tektok Malang-Jakarta-Malang Cuma untuk Nonton Timnas di GBK
Ia menegaskan, kapasitas jalan di dalam kota tidak akan mampu menampung bus berdimensi besar seperti yang dioperasikan pada koridor Trans Jatim lainnya.
"Tingkat kesulitan di Kota Malang adalah kapasitas jalan. Tidak akan mungkin mampu menampung bus yang dengan dimensi besar, maka kami sarankan mikrobus," ujar Widjaja pada Minggu (8/6/2025).
Baca juga: Terjatuh, 2 Penjambret Penumpang Angkot di Medan Babak Belur Dihajar Massa
Widjaja juga menjelaskan bahwa telah ada dua konsep rute yang didiskusikan dengan pemerintah provinsi.
Alternatif pertama adalah rute yang membelah tengah kota melalui Jalan Ahmad Yani.
Alternatif kedua adalah rute menyusuri lingkar luar kota dari Karanglo menuju Terminal Hamid Rusdi melewati Jalan Raden Intan, Sulfat, hingga Kyai Ageng Gribig.
Sebagai bentuk dukungan konkret, Dishub Kota Malang telah merancang sistem feeder yang akan diintegrasikan dengan layanan Trans Jatim.
Konsep ini bertujuan untuk memberdayakan paguyuban angkot yang sudah ada dan kini tengah dalam tahap komunikasi intensif.
"Kami sudah berdiskusi dengan para paguyuban. Kata kuncinya adalah mereka ingin berubah menjadi lebih baik dan bisa bersaing," katanya.
Langkah ini diharapkan menjadi solusi bagi angkot yang saat ini berjuang dengan load factor atau tingkat keterisian penumpang yang sangat rendah, bahkan di bawah 30 persen.
Dengan berfungsi sebagai feeder, paguyuban angkot diharapkan dapat dialihfungsikan untuk melayani penumpang dari dan menuju halte Trans Jatim, sehingga menjadi lebih efektif dan efisien.
"Ini adalah peluang. Daripada mereka jalan dengan penumpang hanya dua atau tiga orang dan menghabiskan BBM, kita ajak bersama-sama untuk memecahkan masalah," jelasnya.
Meski Dishub Jatim menargetkan program ini berjalan pada Oktober tahun ini, Widjaja menyampaikan bahwa terdapat kemungkinan penundaan.
Terkait tarif feeder, ia menegaskan, layanan tersebut akan tetap berbayar sesuai tarif yang berlaku saat ini, karena Pemkot Malang tidak mengalokasikan subsidi khusus.
"Yang terpenting kita memulai. Soal ada kekurangan, akan kita perbaiki. Kami sudah sepakat dengan teman-teman paguyuban," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.