SIDOARJO, KOMPAS.com - Setiap minggunya, Siti Muzayanah (40) harus berkeliling ke sekolah dasar (SD) maupun sekolah menengah pertama (SMP) di Sidoarjo, Jawa Timur untuk mengenalkan buku kepada siswa.
Ia merupakan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) pustakawan yang bertugas di Perpustakaan Daerah (Perpusda) Sidoarjo, Jawa Timur.
Perasaannya pilu ketika menanyakan ke puluhan siswa berapa banyak buku yang sudah mereka baca. Tak ada satu pun siswa yang mengacungkan tangan memberi jawaban lebih dari satu buku.
“Kemarin saya pernah tanya siswa kelas 5 SD. Berapa banyak buku yang sudah kalian baca? hampir satu aja belum pernah,” katanya Siti Muzayanah.
Baca juga: Perpustakaan Menjadi Jendela Dunia di Balik Jeruji Lapas Magetan
Menurutnya, untuk mengakses perpustakaan bukanlah hal yang sulit di lakukan di kota yang terkenal dengan julukan Kota Udang ini. Hampir sebagian sekolah telah dilengkapi ruang baca.
Bila belum tersedia, pihaknya akan membawa mobil perpustakaan keliling atau pusling untuk singgah ke sekolah secara bergantian agar anak-anak mengenal buku bacaan.
Sayangnya, sebagian anak-anak tak tertarik dengan barisan huruf dan angka di lembaran buku itu. Mereka lebih menyukai dunia digital.
“Kalau kita ke sekolah itu ada pengembangan minat baca. Jadi kita mengajak anak-anak itu suka membaca dengan mobil perpustakaan keliling. Sekarang memang anak lebih suka gadget dan tantangan kita mengenalkan buku ke mereka,” ucapnya.
Baca juga: Perjalanan Melisa Sabrina Menjaga Koleksi Langka di Perpustakaan Ajip Rosidi Bandung
Untuk mengalihkan perhatian anak-anak terhadap buku, ia kerap melakukan sosialisasi bahwa membaca juga bisa dilakukan di smartphone, tablet atau laptop dengan cara mengakses e-book.
“Jadi kita menyelipkan ajakan bahwa HP tidak hanya bisa dipakai buat game tetapi juga membaca,” imbuh perempuan yang akrab disapa Yana tersebut.
Ia memahami kurangnya minat anak sekolah membaca buku bukanlah salah sekolah atau perpustakaan yang kurang bersosialisasi. Tetapi, peran orang tua sangatlah dibutuhkan untuk mendukung perkembangan prestasi anak
“Kita tidak bisa menyalahkan sekolah atau perpustakaan. Tapi peran utama adalah dari orang tua. Kalau mau minat baca masyarakat itu tinggi, nomor satu pembelajaran keluarga,” ujarnya.
Baginya, keluarga adalah sekolah pertama yang wajib mengenalkan anak-anaknya menyukai dunia membaca
“Kalau keluarga sudah mengerti pentingnya membaca untuk anak, maka anak akan lebih murah tertarik dengan membaca buku. Jadi yang ingin saya sampaikan ke orang tua, bimbinglah anakmu dengan membaca,” tuturnya.
Baca juga: Kiprah Dini Widianti, Sulap Perpustakaan Sekolah Penuh Rayap Jadi Juara Tingkat Nasional
Yana bersyukur, sekarang banyak sekolah dasar yang mengajak siswanya berkunjung ke Perpusda Sidoarjo lewat program wisata literasi.