Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEO Nvidia Pilih Fisika, Gubes IPB Jelaskan Manfaatnya pada Teknologi Masa Kini

Kompas.com - 27/08/2025, 10:20 WIB
Melvina Tionardus,
Mahar Prastiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belum lama ini CEO Nvidia, Jensen Huang mengatakan jika sekarang masih berusia 20 tahun, ia akan memilih mendalami ilmu fisika dibanding ilmu komputer.

Guru Besar Fisika Teori IPB University, Prof Husin Alatas merespons pernyataan Jensen dengan membeberkan tentang pentingnya fisika di era kecerdasan buatan.

Salah satu teori dari fisika, teori kuantum telah melahirkan hampir 80 persen teknologi modern yang manusia gunakan saat ini, termasuk smartphone dan teknologi kecerdasan buatan (AI).

“Dalam kurun waktu seratus tahun belakangan, teori kuantum telah melahirkan hampir 80 persen teknologi modern,” ungkap Prof Husin dilansir situs resmi IPB, Rabu (27/8/2025).

Baca juga: Elon Musk-CEO Nvidia Sarankan Belajar Fisika-Matematika, Wamen Stella Temui Peraih Nobel Carl Wieman

Smartphone bisa beroperasi berkat prosesor yang dibangun dari unit-unit transistor berukuran kurang dari 10 nanometer, teknologi yang hanya bisa tercipta lewat pemahaman fisika kuantum.

Intuisi dan imajinasi

Ilmu fisika juga mengandalkan ketajaman intuisi dan imajinasi. Prof Husin menjelaskan, fisika merupakan salah satu disiplin sains yang cakupannya mulai dari skala mikroskopik, mesoskopik hingga makroskopik.

Ranah kajiannya mulai dari partikel elementer berukuran satu meter dibagi satu miliar-miliar hingga alam semesta yang berukuran seratus triliun-triliun meter.

“Intuisi-imajinasi inilah yang membuat fisika memiliki kemampuan melahirkan banyak terobosan teknologi yang mewarnai peradaban belakangan ini,” ucapnya.

Teori Relativitas dan Teori Kuantum

Kedua teori ini berkaitan dengan skala mikroskopik dan makroskopik, Teori relativitas dan kuantum, menangani objek-objek yang sejatinya berada di luar kemampuan indera manusia untuk diamati.

“Elektron dan galaksi adalah dua objek yang tentunya tidak dapat diamati secara langsung. Berbeda dengan misalnya makhluk-makhluk hidup yang menjadi objek bagi disiplin biologi, misalnya,” tutur pengampu mata kuliah Teori Relativitas dan Fisika Kuantum Lanjut itu.

Teori relativitas mengkaji berbagai fenomena alam yang unik, mempelajari benda-benda yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi, mendekati kecepatan cahaya. Serta, membahas objek yang memiliki massa sangat besar, seperti planet dan bintang.

Ilustrasi teknologi,ilustrasi jurusan kuliah banyak dicari perusahaan Tesla, Apple,dan Microsoft.Freepik Ilustrasi teknologi,ilustrasi jurusan kuliah banyak dicari perusahaan Tesla, Apple,dan Microsoft.

Kaitan dengan teknologi masa kini

Prof Husin menjeleaskan bahwa teori relativitas dibangun berdasarkan dua asumsi. Pertama, kecepatan cahaya di ruang hampa adalah konstanta alam semesta. Artinya, kecepatan cahaya selalu sama bagi semua pengamat, tidak peduli seberapa cepat mereka bergerak.

Baca juga: CEO Nvidia: Jika Masih 20 Tahun, Akan Kuliah Jurusan Ini daripada Komputer

Asumsi kedua, pengamat yang berada pada kerangka acuan non-inersial (mengalami percepatan) tidak dapat membedakan apakah dirinya sedang dipercepat atau berada dalam medan gravitasi yang kuat. Dengan kata lain, efek percepatan dan gravitasi memberikan sensasi yang sama bagi pengamat.

“Asumsi-asumsi tersebut dalam kaitannya dengan aplikasi saat ini telah menjadi dasar dari beberapa teknologi seperti Global Positioning System (GPS), Positron-Electron Emission Tomography (PET) dan juga teknologi nuklir,” ucapnya.

Sedangkan teori kuantum didasari atas beberapa asumsi imajinatif dan berlawanan dengan pengalaman sehari-hari manusia.

“Prosesor smartphone dibangun dari unit transistor berukuran kurang dari 10 nanometer. Pada ukuran ini, kelakuan elektron yang mengalir di dalamnya diprediksi dengan sangat baik oleh teori kuantum,” jelas Prof Husin.

Baca juga: 10 Jurusan Kuliah bagi Siswa yang Suka Matematika dan Fisika, Prospek Kerja Menjanjikan

Lebih lanjut teori kuantum juga menjelaskan bahwa sebuah elektron ataupun foton (partikel cahaya) bisa memiliki sekaligus sifat gelombang dan partikel.

“Penjelasan intuitif-imajinatif yang diberikan teori kuantum ini telah membuka peluang yang amat luas bagi pemanfaatannya, termasuk dalam perancangan cip semikonduktor yang berukuran nanometer tersebut,” ucapnya.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau