JALUR GAZA, KOMPAS.com - Partai Fatah pimpinan Presiden Palestina Mahmud Abbas mendesak Hamas untuk menyerahkan kekuasaan guna menjaga eksistensi warga Palestina di Jalur Gaza.
"Hamas harus menunjukkan belas kasihan kepada Gaza, anak-anaknya, perempuan dan laki-laki," kata juru bicara Fatah Monther Al Hayek dalam pesan yang dikirim ke AFP dari Gaza.
Hayek meminta Hamas untuk menyingkir dari pemerintahan dan sepenuhnya mengakui bahwa pertempuran di depan akan berujung pada berakhirnya eksistensi warga Palestina jika tetap berkuasa di Gaza.
Baca juga: Perang di Gaza Kembali Berkecamuk, Thailand Kecewa karena Warganya Masih Disandera di Sana
Diketahui, Hamas merebut kekuasaan di Gaza pada 2007 dari Otoritas Palestina yang didominasi Fatah, dan upaya rekonsiliasi berikutnya gagal.
Sebagaimana diberitakan AFP, wilayah tersebut telah dihancurkan oleh serangan Israel sebagai balasan atas serangan Hamas dan kelompok bersenjata Palestina lainnya terhadap Israel pada 7 Oktober 2023.
Setelah ketidaksepakatan atas langkah selanjutnya dalam gencatan senjata 19 Januari 2025 dalam perang di Gaza, Israel melanjutkan serangan udara pada Selasa (18/3/2025) diikuti oleh operasi darat keesokan harinya.
Pada Jumat, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengancam akan mencaplok sebagian wilayah Gaza kecuali Hamas membebaskan sisa sandera Israel yang ditawan dalam serangan 7 Oktober.
Dari 251 sandera yang ditawan hari itu, 58 masih ditahan, termasuk 34 yang menurut militer Israel telah tewas.
Serangan Hamas pada 2023 terhadap Israel mengakibatkan 1.218 kematian, sebagian besar warga sipil, menurut angka-angka Israel.
Baca juga: Netanyahu: Serangan Israel di Gaza Hanya Permulaan
Sementara itu, hampir 50.000 orang di Gaza telah tewas dalam perang di Gaza tersebut, menurut Kementerian Kesehatan wilayah yang dikuasai Hamas tersebut.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini