WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Presiden AS Donald Trump, pada Kamis (1/5/2025), mengungkapkan rencananya untuk mengganti nama peringatan Perang Dunia yang selama ini diperingati pada 8 Mei dan 11 November menjadi "Hari Kemenangan".
Langkah ini merupakan bagian dari upaya Trump untuk mengubah nomenklatur dalam sejarah Amerika Serikat.
"Dengan ini saya mengumumkan bahwa tanggal 8 Mei akan diganti menjadi Hari Kemenangan Perang Dunia II dan tanggal 11 November menjadi Hari Kemenangan Perang Dunia I," tulis Trump dalam sebuah unggahan di platform Truth Social miliknya.
Baca juga: Trump: Putin Inginkan Perdamaian di Ukraina
Hari Kemenangan, yang diperingati oleh negara-negara Uni Eropa pada 8 Mei dan negara-negara bekas Uni Soviet pada 9 Mei, menandai peringatan penyerahan diri tanpa syarat Jerman di akhir Perang Dunia II.
Sementara itu, perang di wilayah Asia baru berakhir setelah Jepang menyerah pada awal September 1945, setelah pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Meski sebagian pihak di Amerika Serikat memperingati peristiwa ini, tanggal 8 Mei tidak menjadi hari libur resmi yang dirayakan secara luas seperti di Eropa.
"Banyak sekutu dan teman kita merayakan 8 Mei sebagai Hari Kemenangan, namun kita telah memberikan kontribusi terbesar dalam meraih kemenangan Perang Dunia II," tulis Trump dalam unggahannya.
Sementara itu, tanggal 11 November yang awalnya dikenal sebagai Hari Gencatan Senjata, menandai berakhirnya Perang Dunia I pada 1918.
Baca juga: 100 Hari Pemerintahan Trump: Presiden Gelar Rapat Umum Bergaya Kampanye
Sekarang tanggal itu diperingati sebagai Hari Veteran di Amerika Serikat untuk menghormati jasa-jasa para prajurit yang telah bertugas di angkatan bersenjata.
"Kita memenangkan kedua perang dunia tersebut, tak ada negara yang mendekati kita dalam hal kekuatan, keberanian, atau kecemerlangan militer, namun kita tidak pernah merayakan pencapaian itu," ungkap Trump lebih lanjut.
"Sekarang kita akan mulai merayakan kemenangan kita lagi!" jelas dia.
Selama Perang Dunia II, Uni Soviet, dengan Rusia sebagai negara republik terbesar, bersekutu dengan Inggris dan Amerika Serikat untuk mengalahkan Nazi Jerman.
Uni Soviet sendiri menderita kerugian paling besar, dengan lebih dari 20 juta orang tewas.
Meski demikian, hingga saat ini belum ada perintah eksekutif atau proklamasi resmi dari Gedung Putih yang menyebutkan perubahan nama hari libur tersebut.
Sebelumnya, Trump dalam masa jabatannya yang kedua juga berulang kali mencoba mengubah beberapa bagian dari kehidupan publik AS.
Baca juga: Trump Manfaatkan Sejarah Perang Dunia II untuk Rayu Greenland Kembali Gabung dengan AS
Termasuk mengganti nama "Hari Masyarakat Adat" kembali menjadi "Hari Columbus" dan mengusulkan penggantian nama "Teluk Meksiko" menjadi "Teluk Amerika."
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini