Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putra Mahkota Iran Reza Pahlavi, Penentang Rezim Khamenei yang Dekat dengan Israel

Kompas.com - 17/06/2025, 05:07 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com – Ketegangan antara Iran dan Israel kembali meningkat setelah serangan udara Israel menghantam fasilitas militer dan nuklir Iran pada Jumat (13/6/2025).

Iran membalas dengan menembakkan rudal dan drone ke wilayah Israel, memperparah krisis yang sudah berlangsung lama dan kini menjadi perang Israel-Iran.

Di tengah eskalasi ini, nama Reza Pahlavi, putra dari raja terakhir Iran, Mohammad Reza Shah Pahlavi, kembali mencuat.

Baca juga: Putra Mahkota Iran Serukan Perlawanan terhadap Khamenei di Tengah Perang dengan Israel

Ia dikenal sebagai tokoh oposisi yang vokal menentang pemerintahan Republik Iran, sekaligus memiliki hubungan yang hangat dengan Israel.

Hubungan Iran-Israel di era monarki

Hubungan Iran dan Israel pernah berjalan harmonis sebelum Revolusi 1979. Kala itu, Iran di bawah kekuasaan Reza Shah menjadi sekutu dekat Israel.

Namun, setelah Shah digulingkan dan digantikan oleh rezim Republik, hubungan kedua negara memburuk drastis.

Reza Pahlavi, pewaris takhta yang kini menetap di Amerika Serikat (AS), beberapa kali menyuarakan pentingnya menjalin kembali hubungan Iran-Israel.

Dua tahun lalu, ia bahkan melakukan kunjungan ke Israel, yang kala itu disambut oleh Menteri Intelijen Israel, Gila Gamliel.

Dalam kunjungannya, Pahlavi menjadi tamu kehormatan di peringatan Holocaust dan menyampaikan harapannya agar Iran kembali bekerja sama dengan Israel, termasuk dalam isu penting seperti pengelolaan air.

Baca juga: Iran Klaim Gagalkan Sistem Pertahanan Israel hingga Saling Serang

Figur oposisi yang menuai pro dan kontra

Reza Pahlavi telah lama menjadi wajah oposisi di luar negeri. Ia dikenal luas di kalangan diaspora Iran, terutama kelompok pro-monarki.

Namun, menurut analisis Foreign Policy Research Institute, posisinya dinilai tidak relevan bagi banyak orang di Iran maupun generasi muda diaspora.

Pahlavi tidak pernah memegang jabatan resmi dan hidup dari kekayaan keluarga. Kendati demikian, ia kerap hadir di berbagai kanal media diaspora dan mencoba memposisikan diri sebagai pemimpin alternatif untuk Iran.

Pasca meletusnya protes besar-besaran di Iran pada 2022 akibat kematian Mahsa Amini, Reza Pahlavi kembali menjadi sorotan.

Ia bergabung dengan delapan tokoh oposisi lainnya dalam deklarasi front persatuan di Georgetown University, Washington DC, pada Februari 2023.

Mereka menyuarakan tekad bersama untuk menggulingkan Republik Iran dan membentuk sistem pemerintahan demokratis yang baru.

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau