KHARTOUM, KOMPAS.com – Sedikitnya 14 warga sipil tewas ketika mencoba melarikan diri dari kota yang terkepung di Darfur, Sudan, menyusul serangan pasukan paramiliter Sudan atau Rapid Support Forces (RSF).
Peristiwa itu dilaporkan oleh kelompok hak asasi manusia Emergency Lawyers, Senin (4/8/2025).
Serangan terjadi di sebuah desa di pinggiran El-Fasher pada Sabtu (2/8/2025), hanya dua hari setelah pemerintahan sementara RSF mengimbau warga sipil untuk mengungsi dari kota tersebut dengan janji keselamatan.
Baca juga: Sudan Kembali Mencekam, Tentara dan Paramiliter Bertempur Dekat Ibu Kota
"Para korban telah meninggalkan El-Fasher dalam upaya untuk melarikan diri dari pengepungan dan pertempuran yang semakin meningkat," demikian pernyataan Emergency Lawyers, kelompok yang aktif mendokumentasikan pelanggaran selama konflik antara RSF dan militer Sudan.
Selain korban jiwa, puluhan orang dilaporkan terluka dan sejumlah lainnya ditahan. Namun, jumlah pastinya belum dapat diverifikasi secara independen.
Kantor berita AFP menyebutkan, gangguan komunikasi di wilayah Darfur membuat akses informasi sangat terbatas, termasuk bagi jurnalis.
El-Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara, telah dikepung oleh pasukan RSF sejak Mei 2024. Namun hingga kini, kota tersebut masih berada di bawah kendali militer Sudan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berulang kali menyuarakan kekhawatiran atas nasib lebih dari satu juta warga sipil yang terjebak di El-Fasher dan kamp-kamp pengungsian di sekitarnya.
Tanpa akses bantuan kemanusiaan dan layanan dasar, banyak keluarga terpaksa bertahan hidup dengan mengonsumsi pakan ternak yang stoknya mulai menipis sejak minggu lalu.
Perang antara militer Sudan dan RSF yang meletus sejak April 2023 telah menewaskan puluhan ribu orang dan menyebabkan krisis kelaparan serta pengungsian yang disebut PBB sebagai salah satu yang terburuk di dunia saat ini.
Jika RSF berhasil merebut El-Fasher, mereka akan menguasai seluruh wilayah Darfur di barat Sudan, serta memperluas dominasi ke sebagian besar wilayah selatan bersama sekutu politik mereka.
Baca juga: HRW: Pasukan Sudan Selatan Gunakan Senjata Pembakar, 58 Orang Tewas
Pada Kamis (31/7/2025), pemerintahan yang dibentuk RSF menyerukan evakuasi massal warga El-Fasher menuju desa Qarni, sebuah wilayah di barat laut kota.
“Saya meminta Anda untuk meninggalkan El-Fasher dan menuju Qarni, gerbang barat laut kota, tempat pasukan kami dan aliansi Tasis berada dan akan memastikan keselamatan Anda,” kata Gubernur Darfur yang ditunjuk RSF, Al-Hadi Idris, dalam pidato video.
Tasis merupakan aliansi politik pendukung RSF yang pada akhir Juli 2025 menetapkan pemerintahan tandingan berbasis di Nyala, ibu kota negara bagian Darfur Selatan. Pemerintah yang mereka bentuk belum diakui secara internasional.
Uni Afrika bahkan telah meminta negara-negara anggotanya untuk tidak mengakui apa yang disebut sebagai pemerintahan paralel.