Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB: Ambisi Netanyahu Duduki Seluruh Gaza Akan Datangkan Bencana

Kompas.com - 06/08/2025, 06:34 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

GAZA, KOMPAS.com - Seorang pejabat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa (5/8/2025) bahwa perluasan operasi militer di Gaza akan mendatangkan bencana.

"(Perluasan perang) akan berisiko menyebabkan konsekuensi bencana bagi jutaan orang Palestina dan dapat semakin membahayakan nyawa para sandera yang masih ada di Gaza," kata Miroslav Jenca, asisten sekretaris jenderal PBB untuk Eropa, Asia Tengah, dan Amerika dalam pertemuan Dewan Keamanan, seperti yang dilansir dari AFP pada Rabu (6/8/2025).

"Tidak ada solusi militer untuk konflik di Gaza atau konflik Israel-Palestina yang lebih luas," kata Jenca melarang perluasan operasi militer.

Baca juga: Netanyahu Pakai Cara Ini demi Para Sandera Israel Dibebaskan

Sebelumnya, Netanyahu dalam kunjungan ke fasilitas pelatihan militer Israel pada Selasa (5/8/2025) mengatakan berencana untuk menduduki sepenuhnya wilayah Gaza.

"Penting untuk menyelesaikan kekalahan musuh di Gaza, membebaskan semua sandera kami, dan memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel," kata Netanyahu.

Selama 22 bulan perang, pasukan Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Jalur Gaza, yang memicu krisis kelaparan.

Hal itu menyebabkan peringatan berulang dan meningkatkan tekanan pada pemerintahan Netanyahu untuk menghentikan pertempuran.

Perang terbaru ini dimulai dengan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menyebabkan 1.219 orang tewas, sebagian besar adalah warga sipil, menurut hitungan berdasarkan angka resmi.

Hamas juga menyandera 251 orang, 49 di antaranya masih ditahan di Gaza, termasuk 27 yang menurut militer Israel telah tewas.

Sementara, serangan Israel telah menewaskan setidaknya 61.020 orang Palestina, menurut kementerian kesehatan Gaza.

Yazan, balita Palestina berumur 2 tahun yang menderita kekurangan gizi akibat bencana kelaparan di Gaza, saat memperlihatkan kondisi badannya yang kurus kering di kamp pengungsi Al Shati, Kota Gaza, 23 Juli 2025. Selama 22 bulan perang, pasukan Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Jalur Gaza, yang memicu krisis kelaparan. 
AFP/OMAR AL QATTAA Yazan, balita Palestina berumur 2 tahun yang menderita kekurangan gizi akibat bencana kelaparan di Gaza, saat memperlihatkan kondisi badannya yang kurus kering di kamp pengungsi Al Shati, Kota Gaza, 23 Juli 2025. Selama 22 bulan perang, pasukan Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Jalur Gaza, yang memicu krisis kelaparan.

Baca juga: Di Tengah Kelaparan Gaza, Israel Cegat 22.000 Truk Bantuan Masuk

Pembebasan sandera tanpa syarat

Menjelang pertemuan Dewan Keamanan PBB, Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar sudah mengatakan bahwa ia memprioritaskan pembebasan para sandera.

"Saya datang untuk meminta pembebasan sandera kami segera dan tanpa syarat," katanya.

Jenca dalam pertemuan itu pun sependapat dan meminta Hamas agar "semua sandera yang ditahan di Gaza segera dan tanpa syarat dibebaskan".

Adapun ia menyoroti jumlah bantuan yang masuk ke Gaza dengan izin Israel masih belum memadai saat ini.

"Israel terus membatasi bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza, dan bantuan yang diizinkan masuk sangat tidak memadai," ujarnya.

"Kelaparan ada di mana-mana di Gaza, terlihat di wajah anak-anak dan dalam keputusasaan orang tua yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk mengakses pasokan paling dasar," tambah Jenca.

Baca juga: Netanyahu Ingin Perluas Operasi Militer dan Merebut Seluruh Wilayah Palestina

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau