ISLAMABAD, KOMPAS.com - Hujan lebat dari musim monsun menyebabkan tanah longsor dan banjir bandang di seluruh Pakistan utara pada Jumat (15/8/2025), sedikitnya 199 orang tewas dalam 24 jam.
Jumlah orang tewas, sebagaimana dilansir dari AFP pada Sabtu (16/8/2025), 180 di antaranya tercatat berasal dari provinsi pegunungan Khyber Pakhtunkhwa.
Warga setempat menyebut bencana alam ini seperti “hari kiamat”.
Baca juga: Parahnya Dampak Perubahan Iklim: Hujan Banjir di India, Panas Membara di Jepang
"Saya mendengar suara keras seolah-olah gunung itu bergeser. Saya berlari keluar dan melihat seluruh area bergetar, seperti akhir dunia," kata Azizullah, seorang warga distrik Buner, tempat puluhan orang tewas dan luka-luka, kepada AFP.
"Saya pikir ini hari kiamat," ujarnya.
"Tanah bergetar karena kekuatan air, dan rasanya kematian di hadapan saya," imbuhnya.
Departemen meteorologi telah mengeluarkan peringatan hujan lebat untuk barat laut Pakistan, mendesak orang-orang untuk menghindari daerah rawan.
Pemerintah provinsi telah menyatakan distrik pegunungan yang terdampak parah oleh hujan musim monsun, yakni Buner, Bajaur, Mansehra, dan Battagram.
Baca juga: Pemandangan Desa di Swiss yang Terkubur Longsor Gletser akibat Perubahan Iklim
Otoritas Manajemen Bencana Nasional menyebutkan, sembilan orang lainnya yang tewas berasal dari Kashmir yang dikelola Pakistan, dan lima orang lagi dari wilayah utara Gilgit-Baltistan.
Sebagian besar dari mereka, termasuk 19 perempuan dan 17 anak-anak, tewas akibat banjir bandang dan tertimpa runtuhan rumah.
Setidaknya ada 28 orang lainnya yang mengalami luka-luka di wilayah tersebut.
Sementara, lima orang yang tewas selanjutnya, termasuk dua pilot yang meninggal karena helikopter pemerintah Khyber Pakhtunkhwa jatuh akibat cuaca buruk saat melakukan misi bantuan, menurut laporan kepala pemerintahan provinsi Khyber Pakhtunkhwa Ali Amin Gandapur dalam sebuah pernyataan.
Di Bajaur, sebuah distrik yang berbatasan dengan Afghanistan, kerumunan orang berkumpul di sekitar eskavator yang sedang menggali bukit berlumpur.
Di sebuah lapangan terdekat, para warga yang berduka melakukan shalat di hadapan sejumlah jenazah yang ditutupi kain.
Gandpur telah menetapkan Sabtu (16/8/2025) sebagai hari berkabung.