NEW DELHI, KOMPAS.com – Kebijakan tarif tambahan 25 persen yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada India karena mengimpor minyak Rusia memicu sorotan tajam.
India kini menjadi negara yang paling terdampak kebijakan tersebut. Pasalnya. Trump menuding bahwa perdagangan energi itu ikut memperpanjang perang Rusia-Ukraina.
India dan Rusia sudah lama menjalin kemitraan strategis sejak era Perang Dingin. Rusia bahkan juga menjadi pemasok utama senjata pertahanan India.
Namun, kemarahan Trump tertuju pada lonjakan impor minyak India dalam beberapa tahun terakhir, sebagaimana dilansir Al Jazeera, Jumat (22/8/2025).
"India adalah pembeli energi terbesar Rusia, bersama dengan China, di saat semua orang ingin Rusia menghentikan pembunuhan di Ukraina – semuanya tidak baik," tulis Trump di platform media sosial Truth Social, pada 30 Juli lalu.
Baca juga: Ironi Angola, Negara Kaya Minyak yang Rakyatnya Miskin dan Kelaparan
Importir minyak mentah Rusia terbesar di India adalah Reliance Industries Limited (RIL), perusahaan milik orang terkaya di Asia, Mukesh Ambani.
Pada 2021, porsi minyak mentah Rusia hanya sekitar 3 persen dari total impor kilang Jamnagar milik RIL.
Namun, sejak perang di Ukraina pecah, angka itu melonjak rata-rata menjadi 50 persen pada 2025.
Data Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) menunjukkan, sepanjang tujuh bulan pertama 2025, Jamnagar mengimpor 18,3 juta ton minyak mentah Rusia senilai 8,7 miliar dollar AS, naik 64 persen dibanding periode sama tahun lalu.
Vaibhav Raghunandan, analis Uni Eropa-Rusia di CREA, menjelaskan lonjakan ini tak lepas dari kebijakan pembatasan harga produk minyak Rusia yang berlaku sejak 5 Februari 2023.
Baca juga: Kekeh Beli Minyak Rusia, India Dihantam Kenaikan Tarif Impor AS Jadi 50 Persen
"Tujuan awal pembatasan harga adalah untuk membatasi pendapatan Rusia, sekaligus memastikan keamanan pasokan global," ujar Raghunandan kepada Al Jazeera.
Namun, lanjutnya, stagnasi batas harga di 60 dollar dan lemahnya penegakan justru membuat efeknya berkurang.
RIAL tidak menanggapi permintaan komentar dari Al Jazeera terkait temuan ini.
CREA mencatat, sejak Februari 2023 hingga Juli 2025, kilang Jamnagar mengekspor produk olahan senilai 85,9 miliar dollar AS (Rp 1,3 kuadriliun) ke berbagai negara.
Sekitar 42 persen di antaranya, atau senilai 36 miliar dollar AS (Rp 548 triliun), justru menuju negara-negara yang memberlakukan sanksi terhadap Rusia.
Baca juga: Negeri Ini Kaya Minyak, tapi Rakyat Demo karena Lapar dan Miskin