PYONGYANG, KOMPAS.com – Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, tak kuasa menahan tangis saat memberikan penghormatan terakhir kepada prajurit Korea Utara yang tewas saat bertugas mendukung pasukan Rusia di Ukraina.
Upacara penghormatan digelar pada Kamis (21/8/2025) di Pyongyang, menandai momen langka ketika Korea Utara mengakui kerugian militer secara terbuka.
Menurut laporan kantor berita pemerintah KCNA, Kim menyampaikan rasa duka mendalam dan menyebut bahwa hatinya terasa sakit dan pahit melihat kenyataan yang ada.
Baca juga: Bantu Rusia Perang di Ukraina, Kim Jong Un Puji Pasukan Militernya
“Hati saya sakit dan pahit saat menghadapi kenyataan bahwa saya hanya bisa bertemu sosok-sosok mulia yang telah menyerahkan nyawa mereka, demi kemenangan dan kejayaan melalui foto-foto di dinding peringatan,” ujar Kim, dikutip CNN dari KCNA.
Kim Jong Un fights back TEARS as Russian plane delivers soldiers who fell fighting alongside Russian troops liberating Kursk region
Bodies received with FULL honors
He personally approaches coffins, walking hand in hand with army generals pic.twitter.com/tlrbeFVJGd
— RT (@RT_com) August 22, 2025
Upacara tersebut juga menjadi perayaan atas kepulangan unit pasukan Korea Utara yang selamat setelah bertugas di wilayah Kursk, Rusia.
Dalam prosesi itu, Kim memuji para prajurit yang kembali sebagai “tentara heroik”. Ia secara langsung menyematkan lencana penghargaan pada seragam para tentara yang selamat, dan menyerahkan bingkai foto lengkap dengan nama berlapis emas untuk para korban yang gugur.
Foto-foto yang dirilis media pemerintah memperlihatkan Kim memeluk anak-anak serta merangkul tentara yang pulang dari Ukraina. Di sisi lain, keluarga korban tampak menangis saat memberi penghormatan.
Korea Utara diketahui mengirim pasukan dan peralatan militer ke "Negeri Beruang Merah" sejak 2024, setelah pertemuan puncak antara Kim Jong Un dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Meskipun Pyongyang semula membantah keterlibatan langsung, pengiriman pasukan ke Ukraina akhirnya diakui.
Pengakuan Kim Jong Un terhadap kerugian militer ini menjadi salah satu pernyataan paling terbuka dari Korea Utara sejak Perang Korea berakhir pada 1953.
Pasukan elite Korea Utara disebut menggunakan taktik ekstrem, termasuk menyerbu posisi pasukan Ukraina tanpa perlengkapan pelindung lengkap demi bergerak lebih cepat di medan tempur.
Baca juga: Militer Ukraina: Tentara Korut Jalankan Taktik Perang dari Buku Catatan
Selain mengirimkan tentara, Pyongyang juga terus memasok amunisi dan material perang ke Moskwa. Ribuan kontainer logistik militer dilaporkan telah dikirim.
Menurut pejabat AS, rudal buatan Korea Utara juga digunakan Rusia dalam serangan ke Ukraina.
Laporan intelijen terbaru menyebutkan bahwa Korea Utara kemungkinan akan menambah 25.000 hingga 30.000 tentara tambahan ke Rusia dalam beberapa bulan mendatang.
Sebagai imbalannya, Moskwa diperkirakan akan memberikan Korea Utara akses terhadap teknologi ruang angkasa, satelit canggih, hingga dukungan program senjata nuklir.
Baca juga: Korea Utara Punya Pangkalan Rudal Rahasia Dekat China, Bisa Jangkau AS
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini