KOMPAS.com - Dalam memilih material dinding untuk rumah atau bangunan, dua pilihan populer di Indonesia adalah batu bata merah dan beton aerasi (biasa disebut bata ringan).
Keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan, termasuk dalam hal kekuatan, yang menjadi pertimbangan utama bagi Kamu yang sedang mencari material bangunan untuk hunian modern, terjangkau, dan tahan lama.
Namun, sebelum itu ada baiknya Kamu mengetahui karakteristik kedua material bangunan ini:
Terbuat dari tanah liat yang dibakar pada suhu tinggi hingga mengeras. Ukuran standar di Indonesia sekitar 23 x 11 x 5 cm.
Baca juga: Sebelum Dipasang, Berapa Lama Batu Bata Direndam Air?
Karakteristik: Padat, berat, dan dikenal tahan lama. Proses pembuatannya tradisional, banyak diproduksi lokal.
Penggunaan Umum: Dinding struktural dan non-struktural, pagar, dan fondasi sederhana.
Terbuat dari campuran semen, kapur, pasir silika, gipsum, air, dan bahan pengembang (aluminium pasta) yang membentuk gelembung udara, menjadikannya ringan. Ukuran standar lebih besar, misalnya 60 x 20 x 7.5–10 cm.
Karakteristik: Ringan, berpori, dan cepat dipasang. Diproduksi secara industri dengan teknologi modern.
Penggunaan Umum: Dinding non-struktural, partisi, dan bangunan bertingkat rendah hingga menengah.
Kekuatan material dinding diukur dari kuat tekan (kemampuan menahan beban tekan), kuat tarik (kemampuan menahan tarikan), dan ketahanan terhadap faktor lingkungan seperti air, panas, dan gempa.
Berikut perbandingan batu bata merah dan beton aerasi:
Kuat Tekan (Compressive Strength):
Batu Bata Merah: Kuat tekan rata-rata 5–10 MPa (tergantung kualitas pembakaran). Bata merah kelas 1 (kualitas tinggi) bisa mencapai 10–15 MPa. Cocok untuk dinding penahan beban (struktural) pada rumah 1–2 lantai.