Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wacana IPO Rumah Subsidi, Ini Komentar Para Pengembang

Kompas.com - 28/10/2025, 14:32 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Pengembang rumah subsidi buka suara soal keinginan pemerintah melakukan Penawaran Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO) perusahaan pengembang rumah subsidi.

Direktur Utama PT Bangun Karawang Megah Deddy Indrasetiawan mengatakan, rencana tersebut bisa memudahkan pengembang untuk mendapatkan permodalan selain perbankan, sehingga bebas bunga.

"Kalau pasar saham, kita IPO itu terutama nanti kita kalau butuh modal lagi kita right issue. Itu permodalan lain yang paling murah kan, daripada menggunakan kredit dari bank," katanya usai menerima kunjungan Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait ke perumahan Citra Mulia Megah di Karawang, Jawa Barat pada Senin (27/10/2025).

Baca juga: Ara Usul Pengembang Rumah Subsidi Melantai di Bursa

Deddy juga mengatakan bahwa ia telah memiliki perusahaan properti yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Nama anak perusahaannya Serasi Indah dan Alam Elok. Dua perumahan, itu 30 hektar dan 60 hektar," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) Junaidi Abdillah mengatakan hal itu adalah terobosan bagus. Ia juga akan mengajak anggotanya untuk menelaah potensi model pembiayaan baru ini.

"Ini salah satu pembiayaan alternatif di luar bank. Semaksimal mungkin teman-teman bisa ikut sama-sama IPO," ungkapnya.

Ide Ara

Maruarar Sirait atau Ara mengusulkan pengembang perumahan subsidi agar melakukan IPO.

Ara mengatakan, hal tersebut diusulkan agar perusahaan pengembang perumahan subsidi tidak hanya mengandalkan perbankan sebagai pembiayaan.

"Bagaimana pembiayaan itu tidak harus dari perbankan sehingga nanti para pengembang juga punya pilihan," kata Ara usai pertemuannya dengan Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (24/10/2025).

Baca juga: Berapa Harga Rumah Subsidi di Sumatera Tahun 2025? Cek Banderol Anyar

Menurutnya, hal ini juga dilakukan untuk mendukung terserapnya kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) tahun 2025 sebanyak 350.000 unit rumah subsidi.

"Bank memilih developer (pengembang) siapa yang mau dibiayai, sebaliknya developer juga bisa memilih ya. Ini adalah sesuatu yang sehat, jadi semua punya pilihan-pilihan, ini ekosistem yang kita mau bangun," ujar Ara.

Pada kesempatan yang sama, Presiden Komisaris PT Buana Capital Sekuritas Pieter Tanuri mengatakan bahwa ia telah berkomunikasi dengan pengembang rumah subsidi dan mengaku terkejut karena mereka memperoleh keuntungan yang cukup baik.

Karenanya, Pieter berbicara dan memberi usulan kepada Ara untuk melibatkan pasar modal dalam ekosistem rumah subsidi.

Baca juga: Cicilan Rumah Subsidi 10 Tahun, Mulai Rp 1,7 Jutaan Per Bulan

"Kenapa enggak dibantu dari pasar modal supaya selain dari hutang bisa juga dari equity, dari capital market, dari saham saya bilang," ucap Pieter.

Pieter mengatakan bahwa keterlibatan pasar modal dalam ekosistem rumah subsidi bisa memberikan keuntungan lebih bagi pengembang. Apalagi kata Pieter, pembiayaan perbankan yang berjalan saat ini memberikan bunga.

"Capital market kan enggak ada bunga, jadi modal tanpa bunga kemudian juga dengan mempunyai modal yang lebih besar tentunya bisa meminjam ke perbankan lebih besar lagi, ujung-ujungnya bisa membangun rumah lebih banyak lagi," kata Pieter.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau