KOMPAS.com - Jakarta, bersama kota-kota di sekitarnya seperti Tangerang, Bekasi, Karawang, dan Purwakarta, berdiri di atas wilayah geologi yang rumit. Selama ini, ancaman gempa di kawasan barat laut Jawa lebih sering dikaitkan dengan subduksi lempeng Australia ke bawah lempeng Eurasia di Palung Jawa. Namun, ternyata ada bahaya lain yang tak kalah serius: gempa yang bersumber dari sesar aktif di daratan.
Beberapa sesar yang dikenal aktif di Jawa Barat antara lain Sesar Cimandiri, Sesar Lembang, Sesar Garut, Sesar Cipamingkis, dan yang kini menjadi sorotan: Sesar Baribis.
Sesar Baribis membentang dari Purwakarta hingga ke arah timur Jawa Barat. Sejumlah penelitian sebelumnya sempat meragukan apakah sesar ini masih aktif. Namun, riset terbaru yang dipublikasikan di Scientific Reports (16 Juni 2022) oleh Widiyantoro dan kawan-kawan, memberikan bukti kuat bahwa sesar ini masih menyimpan energi dan berpotensi memicu gempa besar.
Dengan memasang tujuh seismometer di bawah tanah (borehole seismic stations) di sekitar Karawang dan Purwakarta, para peneliti berhasil merekam aktivitas gempa kecil di sepanjang jalur sesar ini. Selama dua tahun pengamatan (2019–2021), tercatat sedikitnya 12 gempa kecil dengan magnitudo 2,3–3,1 yang terjadi sangat dekat dengan Sesar Baribis.
Yang mengejutkan, aktivitas gempa lebih banyak terjadi di bagian timur sesar, sementara bagian barat—yang letaknya dekat dengan Jakarta—justru tampak "terkunci" alias jarang melepaskan energi.
Baca juga: Mengenal Sesar Baribis dan Jaringan Patahan Aktif Pemicu Gempa di Jawa
Sesar Baribis disebut berpotensi menyebabkan bagian selatan Jakarta dilanda gempa bumi. Sesar yang “terkunci” bisa jadi lebih berbahaya dibandingkan sesar yang sering melepaskan gempa kecil. Mengapa? Karena energi elastis akibat tekanan lempeng terus menumpuk tanpa bisa dilepaskan. Jika akhirnya sesar ini patah, potensi gempanya bisa jauh lebih besar.
Model geologi menunjukkan bahwa Sesar Baribis mampu menampung pergeseran hingga 5 mm per tahun. Dengan panjang sekitar 100 km, skenario terburuknya bisa menghasilkan gempa berkekuatan hingga Mw 7,5—setara dengan gempa besar yang dapat menimbulkan kerusakan serius di wilayah padat penduduk.
Sejarah pun mencatat bahwa Batavia (Jakarta lama) pernah hancur akibat gempa pada tahun 1699, 1780, dan 1834. Dua di antaranya diyakini terkait dengan Sesar Baribis.
Baca juga: Sesar Baribis Itu Apa? Lokasi, Sejarah, dan Potensi Gempanya
Jakarta adalah megapolitan dengan lebih dari 10 juta penduduk, dikelilingi infrastruktur vital, pusat pemerintahan, dan roda ekonomi nasional. Jika Sesar Baribis benar-benar melepaskan gempa besar, dampaknya bisa sangat serius:
Lebih mengkhawatirkan lagi, peta bahaya gempa nasional Indonesia saat ini belum memasukkan Sesar Baribis sebagai sumber gempa. Itu artinya, perencanaan pembangunan dan manajemen risiko bencana masih punya celah yang berbahaya.
Temuan ini menjadi peringatan keras bagi pemerintah, ahli kebencanaan, dan masyarakat. Sesar Baribis harus masuk ke dalam peta bahaya gempa nasional, sehingga strategi mitigasi, standar bangunan, dan kesiapsiagaan bencana bisa disesuaikan.
Sebagaimana diungkap para peneliti, meski data gempa yang terekam masih terbatas pada periode dua tahun, indikasi aktivitas Sesar Baribis cukup jelas. Artinya, kita tidak bisa lagi menganggap sesar ini “tidur”.
Baca juga: Sesar Baribis: Sumber Gempa Aktif yang Pernah Rusak Jakarta di Masa Lalu
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang