Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komet Antar-Bintang 3I/ATLAS Terekam Lebih Awal dan Ternyata Aktif

Kompas.com - 30/08/2025, 20:51 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah penemuan menarik datang dari arsip data NASA. Teleskop pencari planet TESS (Transiting Exoplanet Survey Satellite) ternyata sempat merekam keberadaan komet antar-bintang 3I/ATLAS dua bulan sebelum benda langka itu resmi diumumkan penemuannya. Fakta ini sekaligus membuka wawasan baru tentang sifat unik dari pengunjung antar-bintang tersebut.

Komet 3I/ATLAS pertama kali diumumkan pada awal Juli 2025. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa objek ini sudah terekam oleh TESS sejak awal Mei. Lebih mengejutkan lagi, data lama itu memperlihatkan tanda-tanda bahwa komet ini sudah “aktif” jauh sebelum ditemukan.

“Temuan ini menegaskan betapa pentingnya menelusuri kembali arsip data teleskop,” tulis para peneliti yang dipimpin oleh Adina Feinstein dan Darryl Seligman dari Michigan State University, bersama John Noonan dari Auburn University.

Baca juga: Foto Terbaru Hubble Ungkap Detail Komet Antar-Bintang 3I/ATLAS

Cara TESS Menangkap Komet yang Bergerak Cepat

Perlu diketahui, TESS sebenarnya tidak dirancang untuk mencari objek samar seperti komet antar-bintang. Misi utamanya adalah mengamati bintang terang dan mendeteksi planet luar Tata Surya (eksoplanet) melalui peredupan cahaya bintang saat sebuah planet melintas di depannya.

Namun, karena kebetulan area langit yang dipantau TESS juga dilintasi oleh 3I/ATLAS, para ilmuwan mencoba mencari jejaknya. Teknik yang dipakai disebut “shift-stacking”: mereka memprediksi posisi komet di setiap citra, lalu menggeser gambar agar objek berada di titik yang sama, dan akhirnya menumpuk gambar-gambar tersebut. Hasilnya, sinyal samar komet berhasil terlihat.

Baca juga: Teleskop Gemini North Menangkap Gambar Komet Antar Bintang 3I/ATLAS

Beberapa astronom telah melihat koma kabur di sekitar 3I/ATLAS, yang menunjukkan dengan kuat bahwa itu adalah sebuah komet. International Gemini Observatory/NOIRLab/NSF/AURA/K. Meech (IfA/U. Hawaii) Pemrosesan Gambar: Jen Miller & Mahdi Zamani (NSF NOIRLab Beberapa astronom telah melihat koma kabur di sekitar 3I/ATLAS, yang menunjukkan dengan kuat bahwa itu adalah sebuah komet.

Perubahan Kecerahan yang Mengejutkan

Antara 7 Mei hingga 2 Juni 2025, komet ini bergerak dari jarak sekitar 6,35 AU (satuan astronomi) menjadi 5,47 AU dari Matahari. Dalam periode itu, kecerahan 3I/ATLAS meningkat lima kali lipat. Padahal, secara normal penurunan jarak hanya akan meningkatkan kecerahan sekitar 1,5 kali.

Mengapa bisa demikian? Para peneliti menduga penyebabnya adalah pelepasan gas dari material “hipervolatiles” seperti karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO). Bahan ini mudah menyublim meskipun berada jauh dari Matahari, sehingga menghasilkan pancaran cahaya lebih kuat dibanding komet biasa di Tata Surya kita.

Dengan kata lain, komposisi kimiawi 3I/ATLAS kemungkinan sangat berbeda dari komet-komet lokal yang sudah kehilangan banyak material mudah menguapnya.

Baca juga: 3I/ATLAS: Komet Antar Bintang Tertua yang Pernah Ditemukan

Tantangan Mengetahui Rotasi Inti Komet

Tim peneliti juga mencoba mengukur periode rotasi inti padat (nukleus) komet. Sayangnya, upaya ini gagal karena coma—lapisan kabut debu dan gas di sekitar inti—menutupi fitur-fitur yang bisa dijadikan acuan. Hal ini membuat perubahan cahaya akibat rotasi sulit dikenali.

Spekulasi liar sempat muncul tentang objek ini, mulai dari dugaan kesalahan data hingga kemungkinan objek buatan alien. Namun, para peneliti menekankan bahwa penjelasan ilmiah tentang pelepasan material hipervolatiles jauh lebih masuk akal.

Gambar terbaru dari Teleskop Hubble pada 21 Juli 2025 bahkan menunjukkan wujud detail 3I/ATLAS: sebuah inti es yang diselubungi “kokon” debu berbentuk tetesan air mata, berjarak sekitar 277 juta mil dari Bumi.

Baca juga: Objek Misterius Disebut Pesawat Alien, Apakah Sebenarnya?

Menyingkap Rahasia Tamu dari Luar Tata Surya

Setiap kali ada objek antar-bintang melintas, para astronom mendapat kesempatan emas untuk memahami bagaimana sistem bintang lain membentuk komet dan planet. Studi tentang 3I/ATLAS kini menambah daftar pengetahuan tentang perbedaan mendasar antara komet dari luar dan dalam Tata Surya kita.

“Ini baru permulaan,” kata para peneliti. “Setiap arsip teleskop bisa menyimpan jejak objek misterius lain yang menunggu untuk ditemukan.”

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Fenomena
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Oh Begitu
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Fenomena
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Oh Begitu
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Oh Begitu
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
Oh Begitu
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau