Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Ular dan Reptil Lain “Buang Air” dalam Bentuk Kristal?

Kompas.com - 28/10/2025, 20:09 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber Earth.com

KOMPAS.com - Setiap makhluk punya cara unik untuk bertahan hidup. Bagi reptil seperti ular dan kadal, rahasianya terletak pada cara mereka membuang limbah tubuh. Jika manusia mengeluarkan urin cair, reptil justru menghasilkan kristal putih padat. Aneh? Mungkin. Tapi di balik keanehan itu ada kejeniusan evolusi: cara ini membuat mereka hemat air dan aman dari racun.

Penelitian terbaru yang diterbitkan di Journal of the American Chemical Society mengungkap bagaimana trik biologis ini bekerja—dan bahkan memberi petunjuk bahwa mekanisme serupa suatu hari nanti bisa membantu manusia menghindari penyakit seperti asam urat dan batu ginjal.

Baca juga: Lebih Mematikan dari Kobra: Mengungkap Kekuatan Bisa Ular Weling

Hemat Air, Hidup di Alam Kering

Reptil hidup di lingkungan panas dan kering, di mana setiap tetes air begitu berharga. Karena itu, mereka mengembangkan strategi biologis untuk tidak membuang air lewat urin.

Alih-alih mengeluarkan nitrogen dalam bentuk cair, reptil mengubahnya menjadi kristal padat (uric acid crystals). Limbah ini dikeluarkan melalui satu lubang bernama cloaca, menghasilkan kotoran padat berwarna putih seperti kapur — bukan urin cair seperti pada mamalia.

Dalam studi tersebut, para ilmuwan meneliti lebih dari 20 spesies reptil, termasuk boa dan piton. Mereka menemukan pola yang konsisten: limbah reptil bukan sekadar debu acak, tapi terdiri dari jutaan bola mikroskopis yang tersusun dari kristal asam urat berukuran nano.

“Ini adalah cara alam menyelamatkan air sambil tetap membersihkan tubuh dari nitrogen,” tulis tim peneliti.

Baca juga: Mengapa Weling Dijuluki Ular Lima Langkah?

Struktur Kristal yang Menakjubkan

Spesies ball python menjadi model utama dalam penelitian ini. Di bawah mikroskop, limbah mereka tampak seperti bola-bola kecil berukuran 1 hingga 10 mikrometer, tersusun rapi dari lapisan kristal asam urat monohidrat.

Menariknya, permukaan kristal ini tidak halus. Ia justru aktif—menarik ion-ion penting seperti kalium, kalsium, dan magnesium. Artinya, selain membuang racun nitrogen, sistem ini juga membantu reptil menyeimbangkan kadar mineral dan air dalam tubuh.

Sebuah sistem biokimia yang sederhana tapi sangat efisien.

Ilustrasi ular sanca bola atau ball python.Shutterstock/dwi putra stock Ilustrasi ular sanca bola atau ball python.

Aman untuk Ular, Berbahaya bagi Manusia

Yang menarik, kimia yang membuat reptil selamat justru bisa mematikan bagi manusia. Akumulasi asam urat dalam tubuh manusia dapat memicu asam urat (gout) atau batu ginjal. Namun reptil tidak pernah mengalami masalah ini karena mereka membungkus asam urat dengan rapi menjadi kristal padat dan segera mengeluarkannya.

Jennifer Swift, peneliti utama studi ini, menjelaskan, “Kami ingin memahami bagaimana reptil bisa mengeluarkan asam urat secara aman. Dari sana, mungkin kita bisa menemukan cara baru untuk mencegah penyakit pada manusia.”

Baca juga: Fosil Ular Purba Berusia 38 Juta Tahun Mengubah Pandangan Evolusi

Kristal yang Bisa Berubah dan Menyesuaikan Diri

Kristal asam urat reptil ternyata tidak statis. Seiring waktu, suhu, dan kelembapan, struktur kristal ini bisa berubah — dari bentuk monohidrat menjadi dihidrat atau bahkan bentuk anhidrat.

Perubahan ini bukan kebetulan. Ia menunjukkan bagaimana alam beradaptasi melalui kimia, menyesuaikan bentuk dan fungsi agar tetap aman bagi tubuh reptil di berbagai kondisi lingkungan.

Penemuan lain yang tak kalah menarik: kristal asam urat reptil dapat menjebak amonia, zat beracun yang sangat berbahaya jika menumpuk dalam tubuh.

Asam urat di dalam reptil bereaksi dengan amonia membentuk amonium urat, senyawa padat yang aman untuk disimpan dan dibuang kemudian. Dalam percobaan laboratorium, peneliti menemukan bahwa kristal asam urat yang direndam dalam larutan amonia juga berubah bentuk — menandakan reaksi yang sama terjadi.

Halaman:


Terkini Lainnya
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Fenomena
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Oh Begitu
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Fenomena
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Oh Begitu
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Oh Begitu
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
Oh Begitu
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau