KOMPAS.com - Puncak musim hujan diperkirakan masih terjadi pada Januari hingga Februari 2025.
Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Andri Ramdhani mengatakan, persentase wilayah yang masuk puncak musim hujan tahun ini mencapai 35 persen.
Jumlah tersebut lebih kecil ketimbang wilayah yang masuk puncak musim hujan pada November-Desember 2024 sebanyak 43 persen.
“Periode puncak musim hujan di wilayah Indonesia bervariasi tergantung pada masing - masing wilayahnya,” ujar Andri kepada Kompas.com Rabu (8/1/2025).
Baca juga: Januari Terasa Panas, Benarkah Puncak Musim Hujan Sudah Berakhir?
Andri membeberkan wilayah mana saja yang akan memasuki puncak musim hujan pada Januari hingga Februari 2025.
Berikut daftar lengkapnya:
Baca juga: Cuaca Jawa Timur Panas di Saat Musim Hujan, sampai Kapan Terjadi?
Baca juga: Apakah Saat Ini Sudah Memasuki Puncak Musim Hujan 2024? Ini Kata BMKG
Andri menjelaskan, puncak musim hujan 2025 diwarnai sejumlah dinamika atmosfer berdasarkan pantauan BMKG pada awal Januari 2025.
Dinamika atmosfer tersebut berpotensi meningkatkan pertumbuhan bibit siklon tropis atau siklon tropis dan pertumbuhan awan hujan.
Dinamika atmosfer yang muncul, yakni:
Bibit siklon tropis 97S diperkirakan muncul di sekitar Samudera Hindia selatan Jawa.
Fenomena tersebut juga berpotensi membentuk daerah konvergensi atau perlambatan kecepatan angin yang memanjang di Banten hingga Jawa Tengah dan Samudera Hindia selatan Jawa.
BMKG juga memperkirakan sirkulasi siklonik muncul di Laut Timor dan Samudera Hindia bagian barat Bengkulu.
Kemunculan fenomena tersebut dapat melahirkan daerah konvergensi yang memanjang dari NTT hingga Laut Banda dan di Perairan barat Bengkulu.
Baca juga: BMKG Sebut 3 Wilayah Ini Sudah Masuk Puncak Musim Hujan
Andri menjelaskan, daerah konvergensi juga diperkirakan muncul di daerah lainnya selain faktor bibit siklon tropis 97S dan sirkulasi siklonik.
Daerah konvergensi dapat terbentuk di Jambi hingga Sumatera Selatan, dari Laut Jawa timur Lampung hingga utara Jawa Barat, Laut Jawa, Laut Banda, dan Laut Arafuru.
Baca juga: Warganet Keluhkan Cuaca Panas di Awal Musim Hujan, Ini Penjelasan BMKG
Daerah konfluensi atau pertemuan anfgin diprakirakan terbentuk di Laut Natuna, pesisir barat Bengkulu, dan Laut Banda.
Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan ketinggian gelombang laut di sekitar wilayah bibit siklon tropis/sirkulasi siklonik, sepanjang daerah konvergensi, dan konfluensi.
BMKG memperkirakan, labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT.
Labilitas lokal kuat juga muncul di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.
Baca juga: Ramai soal Citra Wilayah Jatim Memerah Saat Awal Musim Hujan, Ini Kata BMKG
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang