Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Negara Paling Bahagia Bisa Jadi Negara Paling Sehat, Ini Syaratnya

Kompas.com - 03/11/2025, 10:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa negara paling bahagia di dunia bisa menjadi negara paling sehat, asalkan memenuhi ambang batas kebahagiaan tertentu.

Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Medicine, Senin (20/10/2025).

Penelitian tersebut menemukan bahwa tingkat kebahagiaan suatu bangsa berpengaruh terhadap risiko kematian dini akibat penyakit kronis, seperti kanker, penyakit jantung, diabetes, dan gangguan pernapasan.

Para peneliti menggunakan skala Tangga Kehidupan (Life Ladder) untuk mengukur tingkat kebahagiaan di 123 negara.

Dalam skala ini, angka 0 mewakili kehidupan paling buruk, sedangkan skor 10 menggambarkan kehidupan paling baik.

Baca juga: 10 Negara Paling Bahagia dan Makmur di Dunia 2025, Studi Harvard: Indonesia Juaranya

Ambang batas kebahagiaan negara

Hasil studi menunjukkan bahwa negara dengan skor kebahagiaan di atas 2,7 cenderung memiliki angka kematian akibat penyakit kronis yang lebih rendah, khususnya pada penduduk berusia 30–70 tahun.

Rata-rata skor kebahagiaan global berada di angka 5,45, dengan rentang 2,18 hingga 7,97.

“Kebijakan yang mampu meningkatkan skor Life Ladder nasional di atas ambang batas 2,7 melalui investasi di sistem kesehatan, reformasi antikorupsi, jaring pengaman sosial, dan lingkungan perkotaan yang sehat, dapat menciptakan siklus positif menuju kebahagiaan lebih tinggi dan angka kematian lebih rendah,” ujar penulis utama studi, Iulia Iuga.

Penelitian juga menunjukkan bahwa peningkatan kesejahteraan, seperti penurunan obesitas, konsumsi alkohol, dan polusi, dapat memberikan dua manfaat sekaligus, yakni kebahagiaan yang lebih tinggi serta umur yang lebih panjang dan sehat.

Bagi negara yang sudah berada di atas ambang batas 2,7, peningkatan kesejahteraan dapat terus memperpanjang angka harapan hidup, seiring meningkatnya stabilitas dan kepuasan hidup masyarakatnya.

Baca juga: Daftar Negara Paling Bahagia 2025, Malaysia Unggul atas Indonesia

Setiap kenaikan kebahagiaan turunkan risiko kematian

Peneliti menemukan bahwa setiap peningkatan 1 persen dalam kesejahteraan nasional berkorelasi dengan penurunan 0,43 persen angka kematian akibat penyakit kronis.

Temuan ini menegaskan semakin kuatnya kaitan antara kebahagiaan dan kesehatan.

“Secara tradisional, kebahagiaan sering dianggap sebagai kemewahan. Menyenangkan rasanya mengetahui bahwa kebahagiaan justru bisa menjadi variabel penting dalam kesehatan masyarakat,” kata Sonja Lyubomirsky, profesor psikologi sekaligus Direktur Laboratorium Aktivitas Positif dan Kesejahteraan (PAWLab) di Universitas California, Riverside.

Meski demikian, Lyubomirsky menekankan bahwa kebahagiaan bukan satu-satunya faktor penentu kesehatan.

Faktor genetik, perilaku, dan lingkungan juga berperan besar dalam menentukan risiko kematian akibat penyakit kronis.

Halaman:


Terkini Lainnya
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
Tren
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Tren
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Tren
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
Tren
Kisah Bayi '7-Eleven' yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Kisah Bayi "7-Eleven" yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Tren
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Tren
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Tren
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Tren
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Tren
BPOM Pastikan Obat Atorvastatin yang Ditarik di AS Tak Beredar di Indonesia
BPOM Pastikan Obat Atorvastatin yang Ditarik di AS Tak Beredar di Indonesia
Tren
Apa Jadinya jika Kita Pakai BBM Tak Sesuai Spesifikasi Mesin? Ini Kata Pakar
Apa Jadinya jika Kita Pakai BBM Tak Sesuai Spesifikasi Mesin? Ini Kata Pakar
Tren
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Tren
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Tren
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Tren
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau