KOMPAS.com - Warganet di platform X kembali menyoroti rencana reaktivasi jalur kereta api (KA) Purwokerto–Wonosobo.
Perbincangan ini muncul setelah ramai pemberitaan tentang rencana pembangunan KRL di Jawa Tengah, yang akan melayani rute Semarang, Demak, hingga Pekalongan.
Salah satu pengguna X dengan akun @r*******n pada Rabu (29/10/2025) menulis, “Reaktivasi rel Purwokerto–Wonosobo penting juga, karena potensi gede untuk kiriman hasil pertanian, perkebunan, peternakan".
Banyak warganet lainnya turut menilai jalur-jalur lama di Jawa Tengah perlu dihidupkan kembali untuk mendukung konektivitas dan pertumbuhan ekonomi daerah.
Lantas, bagaimana tanggapan PT KAI terkait rencana tersebut?
Baca juga: 3 Kereta Tujuan Jakarta Dibatalkan Imbas KA Purwojaya Anjlok, Apa Saja?
Vice President Public Relations PT KAI Anne Purba menjelaskan, reaktivasi jalur KA Purwokerto–Wonosobo merupakan bagian dari program pengembangan perkeretaapian nasional yang tengah dikaji bersama Kementerian Perhubungan.
“Dalam pengembangan perkeretaapian, baik perkotaan maupun antarkota, prosesnya selalu melalui kajian dan koordinasi dengan regulator, yaitu Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kemenhub,” jelasnya, saat dimintai informasi Kompas.com, Jumat (31/10/2025).
Ia menyebut, rencana reaktivasi jalur Purwokerto–Wonosobo memang sudah tercantum dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS) 2030.
Baca juga: KAI Tambah Perjalanan Kereta di November 2025, Ini Daftar Rute dan Jadwalnya
“Dalam rencana induk perkeretaapian yang dikeluarkan Kementerian Perhubungan sampai 2030, memang ada kegiatan pengembangan, termasuk reaktivasi dan elektrifikasi,” kata Anne.
Menurutnya, beberapa jalur bisa dibuka terlebih dahulu dengan kereta nonlistrik, sambil menunggu kesiapan elektrifikasi di masa mendatang.
Rencana reaktivasi jalur sepanjang 92 kilometer ini sudah lama mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Pengamat transportasi Theresia Tarigan menilai, reaktivasi jalur Purwokerto–Wonosobo akan mengurangi risiko kecelakaan akibat truk ODOL (Over Dimension Over Load) yang kerap melintas di jalur darat Jawa Tengah.
“Dengan reaktivasi jalur kereta, akses logistik akan lebih mudah, dan penggunaan truk besar yang sering menyebabkan kecelakaan bisa ditekan,” ujar Theresia, dikutip dari Kompas.com (17/9/2024).
Data Balai Pengelola Transportasi Darat Jawa Tengah mencatat, sepanjang 2023 terdapat lebih dari 9.400 pelanggaran truk ODOL di tujuh titik penimbangan kendaraan di provinsi tersebut.
Senada, anggota DPD RI asal Jawa Tengah Abdul Kholik menilai proyek ini akan membuka konektivitas antardaerah dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: Ramai di Medsos, Benarkah Akan Ada Jalur KRL Semarang–Pekalongan–Demak? Ini Kata KAI