KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Selasa (24/6/2025) meluapkan amarahnya setelah sejumlah media yang mengutip sumber intelijen melaporkan bahwa situs nuklir Iran tidak hancur dalam serangan AS pada pada Minggu (22/6/2025).
Salah satunya CNN yang menyebut bahwa serangan AS terhadap tiga situs nuklir Iran tidak menghancurkan komponen inti program nuklir di sana.
Di platform media sosial Truth Social, Trump menanggapi pemberitaan yang dianggap bohong tersebut dengan tulisan penuh huruf kapital.
Baca juga: Ketika Donald Trump Marah dan Perintahkan Israel Keluar dari Iran
"Berita palsu CNN, bersama dengan New York Times yang gagal, telah bekerja sama dalam upaya untuk mengkerdilkan salah satu serangan militer paling berhasil dalam sejarah," tulis Trump, dikutip dari Kompas Global, Rabu (25/6/2025).
Dia mengeklaim bahwa situs nuklir di Iran telah hancur total. Pemerintahan Trump juga terus membantah laporan yang mengatakan bahwa serangan AS terhadap Iran tidak menghilangkan program nuklirnya.
Sementara itu, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt menyebut kebocoran laporan rahasia itu sebagai upaya yang jelas untuk mendiskreditkan Trump dan pasukan AS.
Baca juga: 5 Skenario Setelah Israel-Iran Gencatan Senjata, Apa yang Akan Terjadi?
Sejumlah pemberitaan melaporkan bahwa serangan AS terhadap tiga situs nuklir Iran tidak menghancurkan komponen inti program nuklir negara itu.
Laporan tersebut didasarkan pada hasil asesmen awal oleh badan intelijen Kementerian Pertahanan AS atau Pentagon, Badan Intelijen Pertahanan (DIA).
Menurut laporan Aljazeera (25/6/2025), Serangan Amerika Serikat terhadap tiga lokasi nuklir utama Iran pada Minggu (22/6) lalu gagal menghancurkan fasilitas bawah tanah.
Baca juga: 12 Hari Perang Israel-Iran, Apa yang Sudah Didapatkan Masing-masing Kubu?
Serangan itu hanya menunda program nuklir Teheran beberapa bulan, menurut penilaian laporan intelijen rahasia Amerika.
Dokumen "sangat rahasia" yang disiapkan oleh Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA) – badan intelijen Pentagon – dan diterbitkan oleh sejumlah media berita utama AS pada hari Selasa bertentangan dengan klaim Presiden Donald Trump tentang serangan tersebut.
Trump bersikeras bahwa fasilitas nuklir di Fordow, Natanz, dan Isfahan "dihancurkan" oleh kombinasi penghancuran bunker dan bom konvensional.
Baca juga: Gencatan Senjata Iran-Israel Resmi Dilakukan, Perang 12 Hari Berakhir
Hingga kini, analisis mengenai kerusakan pada lokasi-lokasi tersebut dan dampak serangan masih terus dilangsungkan, dan dapat berubah seiring dengan tersedianya informasi intelijen lebih lanjut.
Selain itu, AFP melaporkan bahwa bom penembus bunker yang digunakan AS dalam serangannya hanya berhasil menutup akses ke sejumlah fasilitas nuklir.
Serangan itu disebut hanya merusak pintu masuk ke beberapa fasilitas nuklir, namun bangunan bawah tanah tetap utuh.
Baca juga: Pakar Ungkap Indikasi Konflik yang Bisa Pecah Jadi Perang Dunia 3, Bukan Perang Israel-Iran
Serangan tersebut tidak menghancurkan infrastruktur bawah tanah tempat persediaan uranium diperkirakan disimpan.
Diberitakan sebelumnya, serangan AS pada Minggu menyasar tiga situs nuklir Iran yakni Natanz, Fordo, dan Isfahan.
Dalam serangannya, AS mengerahlan tujuh pesawat bomber B-2 dan menjatuhkan menjatuhkan 14 rudal penembus bunker GBU-57 Massive Ordnance Penetrators (MOP), masing-masing beratnya sekitar 13 ton.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang