KOMPAS.com - Musim kemarau di Indonesia biasanya berlangsung pada April sampai dengan Oktober setiap tahunnya.
Namun, tahun ini hujan terpantau masih mengguyur sejumlah wilayah Indonesia pada pertengahan Agustus.
Beberapa warganet juga mengeluh dan mempertanyakan kenapa hujan sudah mengguyur kota tempat tinggal mereka, seperti di Yogyakarta, Cianjur, Bogor, Bekasi, Banten, hingga Jakarta.
Sebagian warganet pun khawatir hujan bakal terjadi di momen upacara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Indonesia pada Minggu (17/8/2025) nanti.
"Sebenarnya tahun ini ada musim kemarau atau tidak," tulis @pen*****.
"Kalau tgl. 17 sudah keluar belum prediksinya? Soalnya mau upacara," @ike********.
Lantas, mengapa hujan masih terjadi di sejumlah wilayah pada pertengahan Agustus 2025?
Baca juga: Prakiraan Cuaca BMKG 14-15 Agustus 2025: Ini Wilayah Berpotensi Hujan Lebat
Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Ardhasena Sopaheluwakan, mengatakan hujan di bulan Agustus terjadi karena dinamika atmosfer, seperti aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang tropis lainnya yang ikut aktif.
Dikutip dari laman BMKG, MJO adalah gelombang tropis yang bergerak di sekitar ekuator. MJO dapat memicu terjadinya pertumbuhan awan hujan secara signifikan.
Sementara gelombang tropis yang aktif, seperti Gelombang Kelvin dan Rossby dapat menyebabkan atmosfer menjadi labil. Akibatnya, udara naik dan berpotensi meningkatkan terbentuknya awan hujan.
Ardhasena juga menerangkan bahwa indeks monsun Australia turut menyebabkan meningkatnya curah hujan di bulan Agustus.
Pantauan BMKG menunjukkan, sejak Maret 2025 intensitas monsun Australia cenderung lebih lemah dibandingkan kondisi normal.
"Dalam kondisi monsun yang lemah, aliran angin dari Australia yang membawa massa udara kering juga melemah sehingga masih tersedia cukup uap air untuk pembentukan awan hujan," ucap Ardhasena, saat diwawancarai Kompas.com, Selasa (13/8/2025).
Selain itu, anomali suhu laut yang lebih hangat dari rata-rata di sebagian besar perairan Indonesia juga meningkatkan kelembaban atmosfer.
Kondisi ini memicu pertumbuhan awan konvektif dan memperbesar peluang terjadinya hujan di beberapa wilayah di Indonesia.
Baca juga: BMKG Ungkap Wilayah yang Masuk Puncak Musim Kemarau 2025, Mana Saja?