Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Masalah Rokok, Pusat Kajian Pengurangan Bahaya Dibangun di Unpad

Kompas.com - 16/09/2024, 17:47 WIB
Reni Susanti

Editor

SUMEDANG, KOMPAS.com - Universitas Padjadjaran dan Universitas Catania, Italia, meluncurkan Center for Harm Reduction Research atau Pusat Kajian Pengurangan Bahaya.

Guru Besar Ilmu Kedokteran Spesialis Penyakit Dalam Universitas Catania, Italia, Prof Riccardo Polosa menjelaskan, kerja sama ini sudah terjalin 5 tahun.

Hal itulah yang melandasi keduanya meluncurkan pusat kajian pengurangan bahaya. Fasilitas tersebut diharapkan mampu mendorong para ilmuwan untuk terus berinovasi dan mengembangkan kajian ilmiah yang fokus pada pengurangan bahaya.

"Selama ini, kita sudah melakukan kajian ilmiah berbasis risiko terkait penggunaan tembakau. Di masa depan, kami berkomitmen memperkaya kajian ilmiah serta program pertukaran mahasiswa untuk pelatihan terkait studi pengurangan bahaya," kata tutur Polosa dalam rilisnya, Senin (16/9/2024).

Baca juga: FK Unpad Rekomendasikan Sanksi Berat untuk Dosen Pelaku Perundungan

Polosa menekankan pentingnya perguruan tinggi dan pemerintah meningkatkan kajian ilmiah berbasis pengurangan bahaya demi menurunkan potensi kerugian di masyarakat.

Sebagai contoh, perkembangan inovasi dan teknologi telah menghasilkan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan, yang mengimplementasikan konsep pengurangan bahaya.

Kehadiran produk-produk lebih rendah risiko tersebut diharapkan dapat membantu negara-negara di dunia yang selama ini kesulitan dalam menurunkan prevalensi merokok.

Baca juga: Unpad Ungkap Temuan Hidrogen dari Pasir Silika, Bisa Kurangi Impor BBM

"Kita melihat selama bertahun-tahun bahwa pengendalian tembakau belum berhasil menurunkan kebiasaan merokok. Adanya produk tembakau alternatif yang menerapkan konsep pengurangan bahaya tembakau berkontribusi besar dalam mengurangi angka perokok, contohnya di Jepang, Inggris, Selandia Baru, dan Norwegia," tambahnya.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Prof Amaliya menambahkan, ke depan, hasil kolaborasi riset ini dapat menjadi salah satu referensi bagi pemerintah dalam menyusun regulasi untuk mengatasi permasalahan merokok.

"Mungkin banyak yang bertanya, mengapa fokus pengurangan bahaya kami dimulai dari penggunaan tembakau. Sebab, kami melihat jumlah perokok di Indonesia itu ketiga terbesar di dunia dan itu sudah darurat," kata Amaliya.

"Jadi, kami berfokus pada pengurangan bahaya tembakau untuk mengurangi kerugian kesehatan akibat kebiasaan buruk merokok," tambahnya.

Tak hanya di lingkup Unpad, Amaliya berharap, kolaborasi kajian ilmiah berbasis pengurangan bahaya bisa dikembangkan dengan berbagai universitas di kawasan Asia Pasifik.

"Kolaborasi adalah kunci, fokus kerja sama terkait pengurangan bahaya dengan berbagai perguruan tinggi akan meningkatkan kualitas dan hasil penelitian yang akan bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah sebagai upaya menekan kerugian ataupun acuan untuk membentuk regulasi," pungkasnya.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Kronologi Kecelakaan Maut Mobil dan Truk di Km 111 Tol Cipularang, 2 Tewas
Kronologi Kecelakaan Maut Mobil dan Truk di Km 111 Tol Cipularang, 2 Tewas
Bandung
Polisi Gerebek Markas Remaja Tawuran Live Facebook di Indramayu, 4 Remaja Ditangkap
Polisi Gerebek Markas Remaja Tawuran Live Facebook di Indramayu, 4 Remaja Ditangkap
Bandung
Istri Pimpinan Majelis Taklim di Bogor Ungkap Detik-detik Bangunan Ambruk: Saya Kira Kiamat
Istri Pimpinan Majelis Taklim di Bogor Ungkap Detik-detik Bangunan Ambruk: Saya Kira Kiamat
Bandung
Ibu dan 2 Anak Tewas Dalam Kontrakan di Banjaran Bandung, Menteri PPPA Datang Melayat
Ibu dan 2 Anak Tewas Dalam Kontrakan di Banjaran Bandung, Menteri PPPA Datang Melayat
Bandung
Ungkap 2 Pembunuhan Besar hingga Terluka Saat Amankan Demo, 9 Polisi dan 1 Kades di Indramayu Dapat Penghargaan
Ungkap 2 Pembunuhan Besar hingga Terluka Saat Amankan Demo, 9 Polisi dan 1 Kades di Indramayu Dapat Penghargaan
Bandung
Korban Ambruknya Majelis Taklim di Ciomas Bogor Bertambah Jadi 131 Orang
Korban Ambruknya Majelis Taklim di Ciomas Bogor Bertambah Jadi 131 Orang
Bandung
Kecelakaan Truk dan Honda Jazz di Tol Cipularang Km 111, Dua Orang Tewas
Kecelakaan Truk dan Honda Jazz di Tol Cipularang Km 111, Dua Orang Tewas
Bandung
Tunjangan Rumah DPRD Kabupaten Bogor Naik 100 Persen Jadi Rp38,5 Juta-44,5 Juta
Tunjangan Rumah DPRD Kabupaten Bogor Naik 100 Persen Jadi Rp38,5 Juta-44,5 Juta
Bandung
Dedi Mulyadi Siap Ambil Alih Pengelolaan RSUD Kota Bogor
Dedi Mulyadi Siap Ambil Alih Pengelolaan RSUD Kota Bogor
Bandung
Pembunuh Satu Keluarga Terkubur di Indramayu Melawan Saat Diciduk, Polisi Tembak Kaki Pelaku
Pembunuh Satu Keluarga Terkubur di Indramayu Melawan Saat Diciduk, Polisi Tembak Kaki Pelaku
Bandung
Tanggung Biaya Rawat Korban Majelis Taklim Ambruk di Bogor, Dedi Mulyadi: Yang Penting Semua Sembuh
Tanggung Biaya Rawat Korban Majelis Taklim Ambruk di Bogor, Dedi Mulyadi: Yang Penting Semua Sembuh
Bandung
Dua Pembunuh Satu Keluarga Terkubur di Indramayu Ternyata Mantan Rekan Kerja Korban di Bank
Dua Pembunuh Satu Keluarga Terkubur di Indramayu Ternyata Mantan Rekan Kerja Korban di Bank
Bandung
Majelis Taklim di Bogor Ambruk Tewaskan 4 Orang, Dedi Mulyadi: Kapasitas Puluhan Jangan Paksa Ratusan, Bahaya...
Majelis Taklim di Bogor Ambruk Tewaskan 4 Orang, Dedi Mulyadi: Kapasitas Puluhan Jangan Paksa Ratusan, Bahaya...
Bandung
Terungkap, Jemaah di Majelis Taklim Ambruk Ciomas Bogor Diperkirakan 500 Orang
Terungkap, Jemaah di Majelis Taklim Ambruk Ciomas Bogor Diperkirakan 500 Orang
Bandung
Majelis Taklim Ambruk di Bogor Tewaskan 4 Orang, Pimpinan: Bangunan Baru, Enggak Mungkin Asal
Majelis Taklim Ambruk di Bogor Tewaskan 4 Orang, Pimpinan: Bangunan Baru, Enggak Mungkin Asal
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau