CIREBON, KOMPAS.com - Tradisi Tawurji yang digelar Keraton Kanoman Cirebon, Jawa Barat, berlangsung ricuh pada Rabu, (20/8/2025) siang.
Sejumlah warga berebut uang koin pecahan Rp 500 dan Rp 1.000 yang ditawur atau ditabur oleh raja serta sanak keluarga keraton.
Ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, dan anak-anak seketika berebut uang koin hingga rela beradu, berdesak-desakan, dan tertindih.
Meski demikian, mereka mengikuti tradisi Tawurji dengan penuh sukacita.
Mereka tidak melihat nilai, tetapi meyakini keberkahan dalam momen sedekah sang raja untuk menyambut datangnya bulan Maulid.
Baca juga: Dedi Mulyadi Desak Pemkot Cirebon Cabut Kebijakan PBB Naik 1.000 Persen
Pantauan Kompas.com di lokasi, kericuhan ini terjadi seketika setelah Sultan Raja Muhamad Emirudin Keraton Kanoman Cirebon melemparkan sejumlah uang koin di halaman Bangsal Jinem.
Warga dari berbagai kalangan langsung berebut uang koin pecahan Rp 500 hingga Rp 1.000 yang berserakan di jalan.
Kericuhan pun pecah.
Tua-muda, pria-wanita, hingga anak-anak saling berdesakan.
Pihak keluarga keraton segera mengamankan Raja Emirudin dari aktivitas warga yang berusaha merebut uang di bawah meja.
Usai rebutan di halaman depan, warga berlari ke bagian dalam keraton hingga memadati halaman depan rumah tempat tinggal raja.
Mereka menunggu sang raja mengeluarkan uang koin kembali.
Baca juga: Warga Tagih Janji Wali Kota, Minta Tarif PBB Cirebon Kembali ke 2023
Nyanyian ini menyulap suasana yang semula tenang menjadi ricuh, untuk saling berebut uang koin.
Di dalam dan di luar, ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, dan anak-anak berebut pecahan koin tersebut.
Demi uang itu, mereka berdesak-desakan dan terjepit. Tidak sedikit anak-anak kecil yang terinjak dan tertindih.