KOMPAS.com - Pandemi COVID-19 telah menjadi pelajaran berharga tentang betapa rentannya dunia terhadap penyakit pernapasan yang menyebar dengan cepat. Vaksinasi bisa menjadi kunci pencegahan.
Penyakit infeksi pernapasan yang paling sering ditemui di antara kunjungan rumah sakit yaitu influenza, rhinovirus, human metapneumovirus, dan pneumonia mikoplasma. Dunia juga mewaspadai sindrom pernapasan akut berat (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).
Pada awal tahun 2025 dunia kembali mewaspadai meluasnya infeksi pernapasan, yaitu wabah HMPV (Human Metapneumovirus) yang menyebar dengan cepat dan wabah pneumonia di Jepang.
Temuan yang dipresentasikan pada European Respiratory Society International Congress di Milan, Italia, menunjukkan, anak kecil di perkotaan lebih banyak menderita infeksi saluran pernapasan dibandingkan anak di perdesaan.
Sejumlah faktor, seperti tinggal di rumah yang lembab, dekat jalur lalu lintas, dan mendatangi tempat penitipan anak, meningkatkan risiko infeksi pada anak.
Baca juga: Takut Berlebihan pada Virus HMPV Cerminkan Dampak Pandemi
Vaksinasi kini semakin diakui sebagai pencegahan utama dalam mengurangi angka infeksi, tingkat keparahan penyakit, serta kematian akibat penyakit pernapasan seperti COVID-19, influenza, dan pneumonia.
Oleh karena itu, investasi dalam penelitian vaksin, peningkatan cakupan imunisasi global, serta edukasi masyarakat menjadi kunci dalam menghadapi ancaman penyakit pernapasan di masa depan.
Warga menerima suntikan vaksin Covid-19 di RPTRA Taman Mandala, Tebet Timur, Jakarta, Senin (21/02/2022). Sentra vaksinasi booster ini dibuka untuk masyarakat umum berdomisili DKI Jakarta mulai 21 Februari hingga 21 Maret 2022 dan menargetkan 200-350 orang setiap harinya. Masyarakat dapat mendaftar melalui aplikasi Jakarta Kini (JAKI).Pfizer Cluster Lead for Malaysia, Indonesia, Singapore, and the Philippines, Deborah Seifert, mengatakan, sebagai perusahaan farmasi dan vaksin, Pfizer secara global terus menginvestasikan sumber daya dan keahlian dalam mengungkap inovasi vaksin berikutnya.
Baca juga: HMPV: Ancaman Baru atau Bagian dari Siklus Virus Pernapasan?
"Kami menyadari meningkatnya kekhawatiran saat ini mengenai infeksi pernapasan. Sementara Pfizer secara global terus menginvestasikan sumber daya dan keahlian dalam mengungkap inovasi vaksin berikutnya untuk berpotensi membantu orang-orang dari segala usia untuk melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin," katanya dalam wawancara tertulis dengan Kompas.com.
Teknologi MRNA dari Pfizer yang dipakai dalam vaksin Covid-19 telah merevolusi perkembangan vaksin. Deborah mengatakan, para ilmuwan di Pfizer terus mengembangkan potensi teknologi ini.
"Kami tengah menjajaki potensi teknologi mRNA untuk digunakan dalam suntikan flu, yang mungkin dapat diproduksi lebih cepat daripada vaksin flu tradisional," ujarnya.
Teknologi MRNA menurutnya berpotensi menghasilkan vaksin flu yang lebih sesuai dengan jenis virus dominan musim ini.
"Kami sedang mengembangkan vaksin flu mRNA yang dapat diproduksi lebih cepat dan efektif melawan strain virus dominan pada musim tersebut. Ini menjadi prioritas utama bagi kami dalam mengembangkan vaksin pernapasan musiman yang luas," kata Deborah.
Selain mendapatkan vaksinasi, menurut dia, penting untuk mengetahui risiko penyakit yang dihadapi sehingga bisa melakukan modifikasi gaya hidup lebih sehat.
Baca juga: Pakar: Bukan Kasus HMPV yang Naik Banyak, tapi Virus Pernapasan Lain
Walau vaksin bisa menjadi senjata yang ampuh menghadapi krisis kesehatan, terutama akibat infeksi pernapasan, isu kesenjangan vaksin di dunia masih membayangi.
Menyoal hal tersebut, CFC Lead Pfizer Indonesia, Hendra Wijaya mengatakan Pfizer berkomitmen untuk menyediakan vaksin Covid-19 bagi sebanyak mungkin orang.
"Secara global, salah satu strategi utamanya adalah bermitra dengan COVAX, sebuah inisiatif global oleh GAVI, CEPI, dan WHO, yang memastikan akses yang adil terhadap vaksin Covid-19 bagi semua negara, tanpa memandang tingkat pendapatan," kata Hendra.
"Melalui Advanced Market Commitment dari COVAX, Pfizer dan BioNTech akan menyediakan vaksin dengan harga nirlaba untuk 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah, termasuk Indonesia," imbuhnya.
Selain itu, menurut Hendra pihaknya juga sedang mengembangkan model harga inovatif untuk mengurangi biaya vaksin bagi pemerintah Indonesia dan penyedia layanan kesehatan, termasuk melalui asuransi dan kemitraan antara pemerintah dan swasta.
Baca juga: Mengenal Virus Pernapasan RSV yang Bergejala Mirip Flu
Untuk pencegahan infeksi pernapasan, Hendra mengatakan telah menjalin beberapa aliansi strategis untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang penyakit pernapasan, termasuk pemerintah, lembaga dan asosiasi medis, serta organisasi nonpemerintah.
"Kami melaksanakan kampanye edukasi untuk memberi tahu masyarakat tentang penyakit pernapasan, gejalanya, dan metode pencegahannya. Selain itu, Pfizer mendukung program pendidikan medis berkelanjutan bagi para profesional perawatan kesehatan melalui kemitraan dengan rumah sakit dan klinik serta asosiasi medis, yang memastikan para praktisi memiliki pengetahuan terkini," katanya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang