KOMPAS.com - Hidup bisa menjadi sesuatu yang indah, penuh warna, dan berharga. Namun, tak jarang kita merasa seperti terjebak dalam rutinitas tanpa arah, melakukan hal yang sama setiap hari tanpa mengetahui untuk apa semua itu. Perasaan seperti ini bisa membuat hidup terasa hampa, tidak bermakna, dan bahkan menyakitkan.
Penyebab perasaan hampa ini bisa beragam. Bagi sebagian orang, kondisi kesehatan mental seperti depresi atau gangguan suasana hati dapat memunculkan rasa putus asa, kehilangan semangat, atau ketidakmampuan menikmati hal-hal yang dulunya menyenangkan.
Bagi yang lain, ketidakpuasan dalam pekerjaan, relasi, atau kehidupan sosial dapat memicu pertanyaan eksistensial: Untuk apa saya hidup?
Namun, di balik kekosongan itu, ada satu kebutuhan yang sangat manusiawi: mencari makna.
Seperti dikatakan oleh psikiater Dr. Neel Burton, "Kita sangat membutuhkan tujuan. Kebahagiaan hidup tidak datang dari kenyamanan semata, tetapi dari makna yang kita temukan dalam menjalani hari-hari," katanya seperti dikutip dari Psychology Today.
Baca juga: Mencari Rasa Bahagia: Ketika Makmur Lebih dari Sekadar Kekayaan
Apa kata para filsuf dan psikiater?
Pencarian makna hidup bukan hal baru. Dalam Nicomachean Ethics, filsuf Yunani Aristoteles menyatakan bahwa tujuan akhir manusia adalah kebahagiaan (eudaimonia), yang tidak sekadar kesenangan sesaat, tetapi kebahagiaan yang lahir dari menjalani hidup dengan tujuan dan kebajikan.
Sementara itu, Viktor Frankl, seorang psikiater dan penyintas kamp konsentrasi Nazi, menyimpulkan dalam bukunya Man's Search for Meaning bahwa kekuatan terbesar manusia adalah kemampuan untuk menemukan makna, bahkan dalam penderitaan terdalam.
Menurutnya, mereka yang mampu bertahan di kamp bukanlah yang paling kuat secara fisik, tetapi mereka yang tetap memiliki rasa kendali dan tujuan.
Baca juga: Kegiatan Malam Hari yang Bikin Bangun Pagi Bahagia
Maka, bagaimana kita bisa menemukan makna itu?
Berikut adalah beberapa langkah nyata yang bisa membantu mengatasi kekosongan dan membangun kembali rasa arah dalam hidup:
Baca juga: 5 Kebiasaan Kecil yang Bikin Anak Bahagia
1. Temukan tujuan hidup
Tujuan memberi arah dan alasan untuk bangun setiap pagi. Cobalah bertanya pada diri sendiri: Apa yang benar-benar penting bagi saya?
Menemukan tujuan tidak selalu harus besar, kadang justru lahir dari hal-hal sederhana, seperti membantu orang lain, mengurus keluarga, atau menciptakan karya.
2. Syukuri hal-hal kecil
Studi menunjukkan bahwa bersyukur dapat meningkatkan kesejahteraan emosional. Menuliskan tiga hal yang kita syukuri setiap hari dapat menggeser fokus dari kekurangan menuju kelimpahan, membuka ruang untuk makna yang sering tersembunyi dalam keseharian.
3. Temukan makna di hal-hal sederhana
Makna tidak selalu datang dari pencapaian besar. Kadang, pemandangan matahari terbenam, tawa anak-anak, atau percakapan tulus adalah pengalaman yang mengisi hati dan memberi makna terdalam.
Psikolog Dr. Noelle Nelson menyebut, “Ketika kita memberi nilai pada tindakan sehari-hari, kita menciptakan makna. Bahkan tugas paling sederhana pun bisa menjadi pengalaman spiritual jika dilakukan dengan kesadaran dan niat.”
Baca juga: Benarkah Makin Tua Kita Makin Bahagia dan Bijaksana?
4. Bangun hubungan yang positif
Manusia adalah makhluk sosial. Dikelilingi oleh orang-orang yang mendukung, mencintai, dan memahami kita dapat menguatkan rasa memiliki dan memperkaya makna hidup. Hubungan yang sehat juga membantu kita merasa bahwa keberadaan kita berarti bagi orang lain.
5. Cari bantuan profesional
Jika perasaan hampa berlarut atau sangat mengganggu, berbicara dengan terapis atau psikolog bisa menjadi langkah penting. Mereka dapat membantu kita mengelola gejala gangguan mental dan mendampingi proses pencarian makna secara lebih terarah.
Menjadikan makna sebagai kompas hidup
Mungkin kita tak bisa selalu mengontrol apa yang terjadi dalam hidup, tetapi kita bisa memilih bagaimana meresponsnya. Menemukan makna bukan hanya untuk "merasa lebih baik", tapi untuk menemukan arah dan kekuatan dalam menjalani hidup, bahkan saat dunia tampak gelap.
Seperti yang diyakini Viktor Frankl: “Orang bisa bertahan hidup menghadapi penderitaan apa pun, selama mereka memiliki alasan untuk itu.”
Makna bukan sesuatu yang ditemukan sekali seumur hidup, melainkan sesuatu yang kita bangun terus-menerus, dalam keputusan, hubungan, dan cara kita memandang dunia.
Baca juga: Sering Sedih dan Menangis Tanpa Sebab, Waspadai Gejala Depresi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.