DOHA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken pada Kamis (24/10/2024) mengumumkan bantuan AS sebesar 135 juta dolar (Rp 2,1 triliun) diberikan untuk Palestina.
Hal itu ia sampaikan dalam pembicaraan dengan mediator utama di Qatar sebagai upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza.
"Hari ini, kami umumkan tambahan 135 juta dolar AS untuk bantuan kemanusiaan, sanitasi air, kesehatan internal bagi warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat," terangnya, dikutip dari AFP.
Baca juga: Presiden Palestina: Israel Berencana Kosongkan Jalur Gaza
Di Qatar, Blinken menyatakan bahwa negosiator akan bertemu dalam beberapa hari mendatang untuk mencapai gencatan senjata Gaza saat ia kembali menyerukan Israel dan Hamas segera mencapai kesepakatan.
"Kami berbicara tentang opsi untuk memanfaatkan momen ini dan langkah selanjutnya untuk memajukan proses, dan saya mengantisipasi bahwa negosiator kami akan bertemu dalam beberapa hari mendatang," kata Blinken kepada wartawan setelah pembicaraan dengan mediator utama Qatar.
Diketahui, kunjungan Menlu AS ke Doha itu menyusul pembicaraan dengan para pemimpin di Israel dan Arab Saudi.
Ini adalah kunjungan ke-11 Blinken ke wilayah tersebut sejak dimulainya perang di Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober 2024.
Qatar, bersama AS dan Mesir, telah memimpin mediasi antara Israel dan Hamas yang bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata di Gaza dan pertukaran sandera serta tahanan.
Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani mengatakan tim Amerika dan Israel akan terbang ke Qatar, tanpa memberikan jadwal apa pun.
"Tim negosiasi dari Amerika Serikat akan mengunjungi Doha bersama tim negosiasi dari pihak Israel untuk membahas cara-cara yang dapat digunakan untuk mencapai terobosan," terangnya.
Ketika ditanya apakah Qatar telah berbicara dengan Hamas setelah pembunuhan Yahya Sinwar, PM tersebut berkata: "Kami kembali berunding dengan mereka. Telah ada pertemuan dengan perwakilan dari kantor politik Hamas di Doha".
"Kami telah mengadakan beberapa pertemuan dengan mereka dalam beberapa hari terakhir. Saya yakin bahwa hingga saat ini, belum ada kejelasan tentang apa yang akan menjadi jalan ke depan," ungkap dia.
Sementara pejabat AS mengidentifikasi Yahya Sinwar sebagai hambatan utama perundingan setelah ia mengambil alih kepemimpinan Hamas juga pada Agustus.
Baca juga: 55 Warga Palestina Tewas dalam 24 Jam Terakhir akibat Serangan Israel
Sebelumnya, perundingan terhenti setelah Netanyahu bersikeras agar Israel mengendalikan apa yang disebut koridor Philadelphia di Gaza-Mesir perbatasan.
Namun hal itu ditolak oleh kelompok Hamas ketika di bawah kepemimpinan Yahya Sinwar.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini