Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Minta Elon Musk Lebih Agresif, PNS AS Langsung Kena Ultimatum

Kompas.com - 23/02/2025, 17:54 WIB
Albertus Adit,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Dalam langkah yang dinilai tegas, staf khusus Pemerintah Amerika Serikat, Elon Musk, menyatakan bahwa seluruh pegawai federal harus menunjukkan kinerja maksimal atau berisiko kehilangan pekerjaan.

Pernyataan tersebut muncul usai Presiden AS Donald Trump mendesak Musk untuk lebih agresif memangkas pengeluaran pemerintah.

Musk, yang kini memimpin upaya pemecatan massal di lingkungan birokrasi AS, mengungkapkan bahwa semua pegawai federal akan menerima e-mail berisi permintaan klarifikasi atas aktivitas kerja mereka selama seminggu terakhir.

Baca juga: PHK PNS AS Masih Berjalan, Trump Akan Pecat 1.000 Pegawai NASA

"Semua pegawai federal akan segera menerima e-mail yang meminta untuk menjelaskan apa yang telah mereka lakukan minggu lalu. Tidak membalasnya akan dianggap sebagai pengunduran diri," tulisnya.

Berdasarkan salinan e-mail yang diperoleh AFP, para pegawai diminta menyampaikan lima poin terkait pencapaian kerja mereka.

E-mail tersebut dikirimkan oleh Kantor Manajemen Personalia AS dengan subyek "Apa yang Anda lakukan minggu lalu?" dan menetapkan batas waktu balasan hingga Senin (24/2/2025) pukul 23.59.

Meskipun pesan itu tidak secara eksplisit menyebutkan bahwa kelalaian dalam membalas akan langsung berujung pada pemutusan hubungan kerja, langkah ini dianggap sebagai upaya untuk meningkatkan disiplin dan produktivitas.

Tak hanya itu, Presiden Trump melalui platform Truth Social mengungkapkan dukungannya terhadap pendekatan tegas tersebut.

Baca juga: 40.000 PNS di AS Resign Massal Sesuai Perintah Trump, Termasuk CIA

"Ingat, kita punya negara yang harus diselamatkan," ungkap Trump, sambil menambahkan bahwa meskipun Musk telah melakukan pekerjaan yang baik, ia berharap pengusaha teknologi itu mengambil langkah yang lebih agresif.

Sebagai bagian dari reformasi birokrasi, Trump juga menugaskan Musk untuk memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang baru.

Departemen ini bertugas mengurangi pengeluaran publik serta menangani isu pemborosan dan dugaan korupsi.

Langkah tersebut sejalan dengan pengumuman pemotongan tenaga kerja sipil oleh Departemen Pertahanan AS, yang mulai diberlakukan pada Jumat (21/2/2025) dengan target pengurangan sebesar lima persen.

Di tengah kontroversi kebijakan tersebut, sejumlah serikat pekerja sempat mengupayakan penghentian sementara pemecatan massal. Namun, tawaran itu ditolak oleh seorang hakim pada Kamis (20/2/2025).

Sementara itu, pemerintahan Trump diketahui telah memecat sejumlah pegawai federal yang masih berstatus percobaan.

Meskipun terdapat perbedaan pandangan, Musk menegaskan komitmennya untuk terus bekerja sama dengan Trump selama dukungan politik tetap mengalir, sekaligus menepis kekhawatiran terkait potensi konflik kepentingan akibat keterlibatannya dalam kontrak pemerintahan.

Baca juga: Protes Kuota PNS Pecah di Bangladesh, 6 Orang Tewas, 95 Terluka

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Internasional
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Internasional
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Internasional
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Internasional
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Internasional
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Internasional
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Internasional
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Internasional
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Internasional
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Internasional
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Internasional
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Internasional
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Internasional
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron 'Most Wanted' Sri Lanka Ditangkap
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron "Most Wanted" Sri Lanka Ditangkap
Internasional
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Internasional
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau