CARACAS, KOMPAS.com – Para nelayan di Venezuela kini terus berjuang di tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang semakin melemahkan daya beli masyarakat dan mendorong negara ini ke dalam resesi.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro bahkan mengumumkan darurat ekonomi pekan lalu, sebuah langkah yang mencerminkan keputusasaan pemerintah dalam mengatasi masalah ekonomi yang semakin memburuk.
Di tengah kelelahan dan kekhawatiran, para nelayan tetap menjalani rutinitas mereka, sebagaimana dilaporkan oleh AP News pada Selasa (15/4/2025).
Baca juga: Trump Ancam Tarif Impor 25 Persen bagi Negara Pembeli Migas Venezuela
Beberapa tidur siang di bawah gubuk dengan pemandangan kapal tanker minyak yang terparkir di Danau Maracaibo, sementara yang lainnya tetap bekerja keras, meskipun hasil yang mereka dapatkan tidak menentu.
"Kami terus percaya kepada Tuhan. Mari kita lihat apakah Tuhan akan melakukan mukjizat untuk memperbaiki seluruh Venezuela," ujar Erick Ojeda (24) seorang nelayan Venezuela.
Perekonomian Venezuela kembali terpuruk, salah satunya akibat menurunnya pendapatan dari sektor minyak yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi negara ini.
Sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh komunitas internasional terhadap pemerintahan Maduro, yang dianggap melakukan kecurangan dalam pemilu, semakin memperparah kondisi.
Ditambah dengan keterbatasan ruang gerak pemerintah untuk merespons, krisis ekonomi negara ini makin dalam.
Namun, di tengah kesulitan tersebut, ada tanda-tanda kebangkitan ekonomi setelah pandemi.
Warga Venezuela mulai beradaptasi dengan situasi baru, di mana dollar AS kini menjadi mata uang dominan dalam transaksi sehari-hari.
Mereka meninggalkan kebiasaan barter atau antrian panjang di supermarket, dan tidak lagi harus membawa tumpukan uang bolivar yang tak bernilai.
Pemerintah Venezuela juga melonggarkan kontrol harga barang-barang pokok dan mengizinkan penggunaan dollar tanpa batasan.
Baca juga: AS Deportasi 200 Lebih Anggota Geng Venezuela
Selain itu, Bank Sentral Venezuela menyuntikkan dollar ke pasar valuta asing setiap minggu untuk menopang bolivar, langkah yang berperan dalam mengakhiri siklus hiperinflasi yang berlangsung selama bertahun-tahun.
Pada 2022, ekonomi Venezuela tercatat tumbuh 8 persen, setelah mengalami penurunan sebesar 80 persen antara tahun 2014 dan 2020.
Seiring dengan upaya stabilisasi ekonomi tersebut, berbagai bisnis mulai bermunculan, termasuk toko barang impor, restoran, hingga department store di ibu kota, Caracas.