PYONGYANG, KOMPAS.com - Nama Kim Ju Ae, putri tertua pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, kembali menjadi sorotan setelah kehadirannya dalam berbagai kegiatan resmi semakin intensif.
Terbaru, remaja tersebut mendampingi sang ayah dalam peringatan berakhirnya Perang Dunia II di Eropa, yang digelar pada 9 Mei 2025 di Kedutaan Besar Rusia, Pyongyang.
Kemunculan Kim Ju Ae dalam acara diplomatik tersebut dianggap sebagai langkah awal mempersiapkannya tampil di panggung internasional.
Baca juga: Kim Jong Un Perintahkan Kapal Perang Korut Dipersenjatai Nuklir, Ada Peran Rusia?
Hal ini kembali memunculkan spekulasi bahwa Kim Ju Ae tengah dipersiapkan sebagai penerus kekuasaan di negara tertutup tersebut.
Ju Ae kali pertama dikenal publik pada 2022 saat menemani Kim Jong Un dalam peluncuran rudal.
Kini, remaja yang diperkirakan berusia awal belasan tahun itu telah tampil bersama ayahnya dalam lebih dari 40 kegiatan resmi.
Laporan dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) bahkan menyebut Kim Ju Ae sebagai “putri paling dicintai.” Analis melihat gelar tersebut sebagai indikasi bahwa Ju Ae tengah dipersiapkan untuk peran yang lebih besar.
“Ia pada dasarnya memainkan peran sebagai ibu negara Korea Utara,” ujar Cho Han-bum, peneliti senior di Institut Korea untuk Penyatuan Nasional, kepada kantor berita Yonhap.
“Mengingat dia telah berpartisipasi dalam lebih dari 40 kegiatan resmi selama 2,5 tahun terakhir dan statusnya yang meningkat baik di dalam negeri maupun internasional, tidak ada lagi keraguan tentang kemajuan proses suksesi Kim Ju Ae,” tambah Cho Han-bum.
Sebelumnya, media pemerintah juga pernah menyebut Ju Ae sebagai “orang yang menjalani bimbingan.”
Bahkan, Kim Jong Un memberikan julukan simbolik “Jenderal Bintang Kejora” untuk putrinya, istilah yang biasa dipakai dalam retorika politik Korea Utara untuk menggambarkan pemimpin yang sedang naik daun.
Baca juga: Tentara Korea Utara Ledakkan Diri dan Teriak Jenderal Kim Jong Un Saat Akan Ditangkap Ukraina
“Siapa pun yang akhirnya dipilih untuk menggantikan Kim Jong Un, pastilah seseorang dari garis keturunan Gunung Paektu,” ujar Sean King, pakar Asia dan wakil presiden konsultan Park Strategies yang berbasis di New York, dikutip dari Newsweek, Selasa (20/5/2025).
Untuk alasan historis dan ideologis, Pyongyang diperkirakan akan mempertahankan kekuasaan dalam keluarga.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh anggota parlemen Korea Selatan, Lee Seong-kweun, yang mengutip badan intelijen negaranya.