Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Anggap Mahasiswa China sebagai Ancaman, Kini Visa Dicabut

Kompas.com - 29/05/2025, 18:34 WIB
Inas Rifqia Lainufar

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan mencabut visa sejumlah mahasiswa yang dinilai memiliki keterkaitan dengan Partai Komunis China (PKC) atau sedang menekuni bidang strategis seperti sains dan teknologi.

Langkah tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio pada Rabu (28/5/2025).

Ia menegaskan bahwa pemerintah akan memperketat proses pemberian visa, termasuk melakukan peninjauan ulang terhadap visa yang telah dikeluarkan untuk pelajar dari China dan Hong Kong.

Baca juga: Makin Terancam, Mahasiswa Harvard Ramai-ramai Ingin Pindah ke Kampus Lain

"Kami akan mencabut visa mahasiswa China secara agresif," ujar Rubio dalam pernyataan resminya.

Kekhawatiran soal spionase akademik

Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran pemerintah AS terhadap potensi pencurian teknologi dan informasi sensitif oleh pihak asing, khususnya dari China. 

Pemerintah menilai, sistem akademik terbuka yang dianut oleh perguruan tinggi di AS dapat dimanfaatkan oleh Beijing untuk mengakses riset-riset penting di bidang strategis.

Salah satu institusi yang kerap disebut dalam tudingan tersebut adalah Confucius Institute, lembaga yang telah lama dikritik karena dianggap menjadi alat propaganda dan perekrutan intelijen oleh pemerintah China.

Respons China

Hingga saat ini, Kedutaan Besar China di Washington belum memberikan tanggapan resmi. 

Namun sebelumnya, Kementerian Luar Negeri China menyatakan akan melindungi hak dan kepentingan sah para mahasiswa China di luar negeri.

Langkah terbaru dari pemerintahan Presiden Trump ini juga dilakukan di tengah proses hukum terhadap Universitas Harvard, yang sebelumnya izin untuk menerima mahasiswa asing sempat dicabut sementara. 

Baca juga: Jepang Siap Tampung Mahasiswa Harvard yang Terusir dari AS

Harvard kemudian menggugat kebijakan tersebut dan berhasil mendapat penangguhan sementara dari pengadilan.

Kekhawatiran komunitas akademik

Sejumlah pihak di kalangan akademisi dan pegiat hak asasi manusia menyayangkan pendekatan keras ini. 

Yaqiu Wang, peneliti asal China yang kini tinggal di AS, menilai kebijakan tersebut bisa berdampak negatif bagi ribuan mahasiswa yang tidak memiliki hubungan dengan spionase ataupun PKC.

“Larangan secara menyeluruh akan mengancam hak dan masa depan ribuan mahasiswa China yang sah, dan sekaligus melemahkan posisi AS sebagai pemimpin global dalam inovasi sains,” kata Wang.

Sejak masa jabatan pertama Donald Trump, pemerintahan AS memang telah mengambil berbagai langkah untuk membatasi pengaruh akademik China, mulai dari penutupan Confucius Institute, hingga perluasan pemeriksaan media sosial bagi mahasiswa asing.

Kini, kebijakan pembatasan semakin diperluas. Pemerintah AS juga telah menghentikan seluruh proses pengajuan visa pelajar dan peserta program pertukaran asing sebagai bagian dari langkah keras terhadap ancaman keamanan nasional.

Baca juga: Trump Ingin Tahu Daftar Mahasiswa Asing Harvard, Pastikan Tak “Membahayakan”

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Ketika Jet Tempur Andalan AS Jatuh oleh Rudal Usang Lawas Soviet...
Internasional
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Parlemen ASEAN Soroti Demo Indonesia, Kecam Tindakan Keras Aparat
Internasional
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Pria di China Bobol Rumah, Ambil Darah Korban untuk Redakan Stres
Internasional
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Museum Legendaris Van Gogh Belanda Terancam Tutup, Kurang Dana Rp 2 Triliun
Internasional
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Vietnam Naikkan Tunjangan Guru 70 Persen
Internasional
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Korban Salah Tangkap Meninggal, Polisi Jepang Minta Maaf 4 Tahun Kemudian
Internasional
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Heboh Anjing Bertato di China, Dianggap Penyiksaan Hewan
Internasional
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Kenya Sempat Ricuh karena Demo Pajak, Polisi Tembak Demonstran
Internasional
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Warga Gali Danau, Temukan Fosil Langka Nenek Moyang Buaya Berusia 200 Juta Tahun
Internasional
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Jet Tempur Seharga Rp 3 T Jatuh, Pilot Telepon 5 Teknisi Saat Terbang
Internasional
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Lukisan Legendaris 80 Tahun Hilang, Tiba-tiba Muncul di Iklan Rumah
Internasional
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Arahan Membingungkan, Jet Bomber B-52 Nyaris Tabrak 2 Pesawat Sipil
Internasional
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Teror Ulat Pemakan Daging Manusia Hantui AS, Sudah 1 Orang Jadi Korban
Internasional
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron 'Most Wanted' Sri Lanka Ditangkap
Sembunyi di Indonesia, 6 Buron "Most Wanted" Sri Lanka Ditangkap
Internasional
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Sengketa Batu Mars Terbesar di Bumi: Laku Rp 86 M, Tak Jelas Milik Siapa
Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau