Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/01/2025, 11:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengingatkan, perubahan iklim akibat pemasan global makin parah setiap tahunnya.

Meski Perjanjian Paris sudah disepakati pada 2015 untuk mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius, setiap tahunnya justru menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat.

Bahkan 2024, dinobatkan sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah pencatatan menurut Organisasi Meteorologi Dunia atau WMO, dengan kenaikan 1,5 derajat dibanding masa pra-industri.

Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB beberapa waktu lalu, perubahan iklim menjadi salah satu krisis yang menjadi fokus Guterres.

Dilansir dari Euronews, Kamis (16/1/2025), berikut lima upaya dan strategi yang perlu dilakukan dunia dalam melawan perubahan iklim menurut Guterres.

Baca juga: Trump Dilantik Besok, 4 Bank Kanada Mundur dari Aliansi Iklim

1. Revolusi energi terbarukan 

Guterres mendesak negara-negara untuk mempercepat akselerasi energi terbarukan. Bahkan dia menyebut perlu adanya revolusi energi terbarukan

Menurutnya, energi terbarukan sangat dibutuhkan dan memberikan berbagai dampak positif kepada penduduk Bumi.

"Dengan biaya hidup yang lebih rendah dan kesehatan yang lebih baik, keamanan energi, kedaulatan energi, lapangan kerja yang baik, dan jutaan orang yang terhubung dengan listrik yang murah dan mudah diakses," kata Guterres.

Dalam KTT Iklim COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), pada 2023, hampir 120 negara berjanji untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan hingga tiga kali lipat pada 2030.

Baca juga: Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

2. Puncak emisi

Menurut Guterres, emisi gas rumah kaca (GRK) global harus mencapai puncaknya tahun ini alias 2025.

Setelah itu, emisi GRK menurun di tahun-tahun mendatang. Hal tersebut diperlukan untuk mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat celsius.

Tahun ini, setiap negara harus menyerahkan rencana iklim nasional terbaru yang dikenal sebagai Nationally Determined Contribution (NDC) Kedua.

Guterres berujar, dari target NDC tersebut, negara-negara harus memangkas emisi hingga 60 persen pada 2035.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Anjlok 50 Persen akibat Perubahan Iklim

3. Inventarisasi rencana iklim

Guterres menyerukan inventarisasi NDC dari negara-negara untuk melihat apakah kemajuannya sejalan dengan target iklim internasional.

"Kami akan mengadakan acara khusus untuk menginventarisasi rencana semua negara, mendorong tindakan untuk menjaga target 1,5 tetap tercapai, dan mewujudkan keadilan iklim," ucap Guterres.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Swasta
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Swasta
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
LSM/Figur
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Pemerintah
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Pemerintah
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pemerintah
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
LSM/Figur
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Pemerintah
Sungai Jakarta 'Cemar Berat', Limbah Domestik Sumber Utamanya
Sungai Jakarta "Cemar Berat", Limbah Domestik Sumber Utamanya
LSM/Figur
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
Pemerintah
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
LSM/Figur
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
LSM/Figur
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Pemerintah
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau