Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Libatkan Masyarakat Kelola Pesisir dan Laut Berkelanjutan, YKAN Gelar Ekspedisi di Maluku

Kompas.com - 30/04/2025, 19:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) menggelar ekspedisi ilmiah di Kepulauan Teon, Nila, dan Serua (TNS), Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, pada 15 -30 April 2025.

Ekspedisi yang digelar ersama Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Maluku, Universitas Pattimura, masyarakat, dan mitra lainnya tersebut, tim melakukan pemetaan biofisik serta kajian kualitas air dan estimasi simpanan karbon biru.

Pemetaan biofisik tersebut mencakup habitat terumbu karang, lamun, dan mangrove. Selain itu, tim juga melakukan survei keanekaragaman hayati seperti hiu martil, burung, dan herpetofauna.

Baca juga: Lombok Eco Kriya, Inisiatif Pariwisata Berkelanjutan di Kawasan Mandalika

Di sisi lain, tim juga menggelar dialog dengan masyarakat dan pengumpulan data sosial ekonomi membuka ruang diskusi atas kondisi nelayan dan praktik pengelolaan laut secara tradisional.

Dalam pelaksanaannya, ekspedisi ini tak hanya melibatkan peneliti dan teknisi, tetapi juga perangkat daerah serta masyarakat lokal yang secara aktif berpartisipasi dalam proses pemetaan partisipatif, pengambilan data lapangan, serta diskusi mendalam.

Direktur Pusat Pengembangan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura Gino Valentino Limmon menuturkan, kolaborasi antara pengetahuan ilmiah dan lokalitas adalah pilar utama dalam menyusun strategi pengelolaan kawasan yang adil dan efektif.

"Kita harus memastikan bahwa sains tidak berdiri sendiri, melainkan menyatu dengan realitas sosial dan kearifan masyarakat pesisir," kata Gino dikutip dari siaran pers, Rabu (30/4/2025).

Camat Ronald Wonmali menuturkan, masyarakat setempat merasa terhormat menjadi bagian dari kegiatan ini.

Baca juga: Gaya Hidup Berkelanjutan Tak Selalu Soal Beli Barang Berlabel Sustainable

"Kehadiran masyarakat sejak awal proses menjadi hal yang sangat penting, karena ini bukan hanya soal pemetaan dan pengumpulan data, tetapi juga menyangkut masa depan kami sebagai komunitas kepulauan," jelas Ronald.

Ekspedisi ini diharapkan menghasilkan sejumlah data penting yang akan menjadi fondasi pengelolaan kawasan pesisir dan laut di TNS yang mengintegrasikan perlindungan biodiversitas dengan strategi ekonomi biru berbasis masyarakat.

Inklusif

Senior Manager Perikanan Berkelanjutan YKAN Glaudy Perdanahardja mengatakan, penelitian ini menjadi langkah penting dari rencana pengelolaan sumber daya perikanan yang mencakup sistem Territorial Use Rights for Fishing (TURF) masyarakat seluas sekitar 100.000 hektar.

TURF merupakan sistem pengelolaan perikanan berbasis wilayah yang dilakukan oleh komunitas nelayan lokal atas suatu area perairan tertentu.

Glaudy berujar, dalam proses ini, YKAN melakukan pendekatan citizen science yang menjadi elemen kunci. Sehingga, hasil-hasil ilmiah tidak hanya akurat secara teknis, tetapi juga relevan secara sosial dan budaya.

Baca juga: GCCA Luncurkan Peringkat Rendah Karbon untuk Semen Berkelanjutan

"Wilayah perairan Pulau Teon, Nila, dan Serua memiliki potensi yang besar. Itulah mengapa pendekatan TURF menjadi relevan di ketiga pulau tersebut. Kami mempromosikan people-center conservation (konservasi yang fokus terhadap masyarakat)," papar Glaudy.

Dia menambahkan, pendekatan ini tidak hanya melestarikan sumber daya alam, tetapi juga memperkuat kedaulatan dan keberlanjutan ekonomi masyarakat.

"TURF memungkinkan masyarakat menjadi pelindung lautnya sendiri, dengan cara yang sesuai dengan budaya, kebutuhan, dan pengalaman mereka selama ini," jelas Glaudy.

Direktur Program Kelautan YKAN Muhammad Ilman berujar, pendekatan ini menekankan prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (Padiatapa) dengan memastikan masyarakat lokal terlibat aktif dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan. Pendekatan ini juga membuka ruang kolaborasi lintas pihak.

"Kami percaya, keberhasilan konservasi harus berakar pada komunitas. Data dari ekspedisi ini akan menjadi fondasi dalam merancang zonasi kawasan yang tidak hanya melindungi keanekaragaman hayati, tetapi juga mendorong ekonomi biru yang adil dan berkelanjutan bagi masyarakat lokal," jelas Ilman.

Baca juga: Agni Project, Berdayakan Disabilitas untuk Bikin Produk Berkelanjutan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Swasta
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Swasta
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
LSM/Figur
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Pemerintah
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Pemerintah
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pemerintah
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
LSM/Figur
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Pemerintah
Sungai Jakarta 'Cemar Berat', Limbah Domestik Sumber Utamanya
Sungai Jakarta "Cemar Berat", Limbah Domestik Sumber Utamanya
LSM/Figur
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
Pemerintah
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
LSM/Figur
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
LSM/Figur
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Pemerintah
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau