Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tambang Ganggu Ekosistem Terumbu Karang, Ancam Ikan Napoleon

Kompas.com - 01/07/2025, 12:09 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Ikan napoleon (Cheilinus undulatus), salah satu spesies penting yang berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem terumbu karang, kini menghadapi ancaman serius akibat aktivitas pertambangan di wilayah pesisir.

Pakar biologi kelautan dari IPB University, Mohammad Mukhlis Kamal, menjelaskan bahwa ikan napoleon bukan hanya menarik secara biologis, tetapi juga memainkan peran kunci dalam ekosistem laut.

Spesies ini dikenal sebagai salah satu ikan karang terbesar di dunia, namun pertumbuhannya yang lambat dan usia kematangan reproduktif yang lama membuatnya sangat rentan tertangkap sebelum sempat berkembang biak.

"Ikan ini membantu mengendalikan populasi invertebrata seperti moluska dan krustasea, serta menjadi indikator lingkungan laut yang sehat," ujar Mukhlis sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis IPB, Selasa (1/7/2025).

Ia menambahkan bahwa populasi ikan napoleon sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, termasuk kerusakan atau pencemaran terumbu karang.

Baca juga: Riset Ungkap Dugong Berperan Jaga Keseimbangan Iklim

Menurutnya, aktivitas pertambangan bisa merusak habitat terumbu karang melalui sedimentasi, polusi, dan peningkatan kekeruhan air yang mengganggu perilaku makan dan komunikasi ikan. Selain itu, perubahan kimia air laut akibat logam berat dari tambang juga dapat meracuni ikan ini dan mengganggu rantai makanan laut.

"Jika rantai makanan terganggu, ketersediaan pakan untuk ikan napoleon dan spesies lainnya pun ikut terdampak," lanjut Mukhlis.

Dampak ekologis ini tidak berhenti di terumbu karang. Polusi tambang juga berisiko mencemari padang lamun dan hutan bakau, serta mengubah dinamika sedimen di pesisir. Hal ini bisa memicu gangguan pada proses erosi dan sedimentasi, yang akan turut ikut memengaruhi keseimbangan habitat laut.

Dalam jangka panjang, Mukhlis memperingatkan, kerusakan ini bisa menyebabkan penurunan biodiversitas laut serta merugikan masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya laut.

Di sisi lain, penangkapan terhadap ikan napoleon juga menjadi ancaman. Menurut Mukhlis, individu yang sering tertangkap umumnya masih berusia muda, yang secara langsung mengganggu kelangsungan populasinya di alam.

Baca juga: Jika Diteruskan, Tambang Nikel Raja Ampat Rugikan Perikanan Tuna

Ia menjelaskan bahwa ikan napoleon merupakan spesies hermafrodit, memiliki organ reproduksi jantan dan betina, yang mengalami perubahan jenis kelamin dari betina menjadi jantan seiring usia dan pertumbuhan. Jika terlalu banyak individu betina tertangkap, keseimbangan populasi terganggu dan proses reproduksi pun terancam gagal.

Karena itu, Mukhlis menekankan pentingnya tindakan konservasi, baik melalui pembentukan kawasan perlindungan laut maupun pengaturan ketat terhadap penangkapan ikan napoleon.

"Upaya ini tidak hanya menyelamatkan spesies ini, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem laut secara keseluruhan," tutupnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Swasta
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Swasta
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
LSM/Figur
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Pemerintah
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Pemerintah
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pemerintah
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
LSM/Figur
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Pemerintah
Sungai Jakarta 'Cemar Berat', Limbah Domestik Sumber Utamanya
Sungai Jakarta "Cemar Berat", Limbah Domestik Sumber Utamanya
LSM/Figur
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
Pemerintah
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
LSM/Figur
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
LSM/Figur
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Pemerintah
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau