Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

36 Atraktor Dipasang di Belitung Timur, Bantu Nelayan Dapat Cumi

Kompas.com - 08/07/2025, 13:03 WIB
Eriana Widya Astuti,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — PT Timah bersama kelompok nelayan Pesisir Pulau Buku Limau menenggelamkan 36 unit atraktor cumi di Perairan Buku Limau, Kabupaten Belitung Timur.

Langkah ini dilakukan untuk menjaga keberlanjutan ekosistem laut sekaligus meningkatkan hasil tangkapan nelayan.

Keberadaan cumi-cumi tidak hanya penting secara ekonomi bagi masyarakat pesisir, tetapi juga berperan dalam keseimbangan ekosistem.

Berdasarkan data Greenpeace tahun 2022, cumi merupakan komponen utama dalam rantai makanan laut. Ia menjadi mangsa penting bagi berbagai spesies seperti tuna, salmon, lumba-lumba, paus, hingga burung laut.

Dengan mempertimbangkan peran ekologis tersebut, keberlanjutan populasi cumi menjadi penting bukan hanya bagi nelayan, tetapi juga bagi kesehatan ekosistem laut secara keseluruhan.

Penenggelaman atraktor ini juga menjadi bagian dari pelibatan langsung kelompok nelayan dalam pelestarian laut. PT Timah sebelumnya melibatkan nelayan Pesisir Pulau Buku Limau dalam pembuatan atraktor, sehingga proses ini turut memberikan dampak ekonomi tambahan bagi masyarakat.

Baca juga: Climate Smart Shrimp, Inovasi Cara Dapat Cuan dari Udang Sekaligus Perbaiki Lingkungan

Ketua Kelompok Nelayan Pesisir Pulau Buku Limau, Amirudin, mengatakan bahwa atraktor cumi sangat dibutuhkan karena selama ini nelayan harus melaut cukup jauh untuk mendapatkan cumi.

“Kami senang dengan adanya penenggelaman atraktor cumi ini. Kalau nanti berhasil setelah dimonitoring, kami tidak perlu lagi jauh-jauh untuk menangkap cumi,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Senin (7/7/2025).

Menurut Amirudin, atraktor cumi juga berpotensi mengurangi beban biaya operasional nelayan karena bisa menghemat bahan bakar.

“Selama ini kami kalau melaut jauh, butuh bahan bakar banyak dan harganya makin mahal. Tapi dengan adanya atraktor yang ditenggelamkan hanya sekitar 1 mil dari daratan, tentu kami bisa lebih hemat,” katanya.

Dari sisi ekologis, atraktor cumi berfungsi bukan hanya sebagai titik kumpul, tetapi juga sebagai habitat baru bagi cumi-cumi.

Penelitian IPB University pada tahun 2023 menunjukkan bahwa atraktor yang terpasang di perairan dapat berasosiasi dengan lingkungan sekitar, menjadi tempat bertelur, serta mendukung proses asuhan dan pembesaran cumi. Dengan begitu, atraktor ini membantu memperkaya stok cumi di perairan lokal.

Pemasangan atraktor juga memberi kemudahan bagi nelayan dalam mencari lokasi penangkapan, sehingga proses melaut lebih efisien dan hasil tangkapan meningkat pada setiap musimnya.

Baca juga: Di Konferensi Laut Dunia, Indonesia Janji Lindungi Terumbu Karang dari Krisis Iklim

Penenggelaman atraktor cumi ini diharapkan menjadi langkah strategis yang berdampak ganda, menjaga kelestarian laut sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi nelayan.

Sekretaris Desa Buku Limau, Muhammad Agung, turut mengapresiasi inisiatif ini.

“Sekitar 90 persen masyarakat di sini berprofesi sebagai nelayan. Harapan kami ke depan, program ini bisa menambah pendapatan nelayan karena memang sejauh ini nelayan kami harus cukup jauh kalau mau menangkap cumi,” pungkasnya.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Swasta
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Swasta
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
LSM/Figur
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Pemerintah
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Pemerintah
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pemerintah
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
LSM/Figur
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Pemerintah
Sungai Jakarta 'Cemar Berat', Limbah Domestik Sumber Utamanya
Sungai Jakarta "Cemar Berat", Limbah Domestik Sumber Utamanya
LSM/Figur
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
Pemerintah
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
LSM/Figur
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
LSM/Figur
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Pemerintah
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau