Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deforestasi Renggut Nyawa 500.000 Orang dalam Dua Dekade Terakhir

Kompas.com - 28/08/2025, 17:31 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber Guardian

KOMPAS.com - Sebuah studi menemukan bahwa deforestasi telah menyebabkan kematian lebih dari setengah juta orang di wilayah tropis selama dua dekade terakhir.

Para penulis laporan menemukan bahwa pembukaan lahan meningkatkan suhu di hutan hujan Amazon, Kongo, dan Asia Tenggara.

Hal tersebut terjadi karena deforestasi mengurangi keteduhan, menurunkan curah hujan, dan meningkatkan risiko kebakaran.

Melansir Guardian, Rabu (27/8/2025) deforestasi bertanggung jawab atas lebih dari sepertiga pemanasan yang dialami oleh orang-orang yang tinggal di wilayah terdampak. Pemanasan ini terjadi di luar efek dari gangguan iklim global.

Baca juga: WRI soal Deforestasi: Brasil Sumbang 42 Persen, Indonesia Turun 11 Persen

Sekitar 345 juta orang di seluruh wilayah tropis menderita akibat pemanasan lokal yang disebabkan oleh deforestasi antara tahun 2001 dan 2020.

Bagi 2,6 juta dari mereka, pemanasan tambahan tersebut meningkatkan paparan panas hingga 3 derajat C.

Dalam banyak kasus, hal ini berakibat fatal. Para peneliti memperkirakan bahwa pemanasan akibat deforestasi menyebabkan 28.330 kematian per tahun selama periode 20 tahun tersebut.

Lebih dari setengahnya terjadi di Asia Tenggara, karena kepadatan populasi yang lebih besar di area yang rentan terhadap panas. Sekitar sepertiga terjadi di Afrika tropis dan sisanya terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Studi-studi sebelumnya telah menunjukkan bagaimana penebangan dan pembakaran pohon menyebabkan pemanasan lokal jangka panjang, namun laporan baru ini adalah yang pertama kali menghitung jumlah kematian akibatnya.

Profesor Dominick Spracklen dari University of Leeds mengatakan bahwa studi ini mengirimkan pesan bahwa deforestasi itu mematikan.

Baca juga: Perubahan Iklim dan Deforestasi Ubah Hutan Amazon Menjadi Sabana dalam Waktu Seabad

Ia yakin banyak orang akan terkejut dengan temuan ini, karena bahaya deforestasi di tingkat lokal seringkali terabaikan dalam perdebatan iklim global.

Spracklen mengatakan membiarkan kanopi hutan tetap utuh akan menyelamatkan nyawa dan meningkatkan produksi pertanian.

"Ini bukan hanya permintaan dari negara-negara Barat untuk melindungi hutan demi iklim global. Hutan secara langsung menguntungkan komunitas lokal. Hutan mengatur suhu, mendatangkan curah hujan, dan mendukung pertanian yang diandalkan masyarakat. Hutan-hutan ini tidak diam, mereka bekerja sangat keras dan melakukan sesuatu yang sangat penting untuk kita," katanya.

Studi ini diterbitkan pada hari Rabu di jurnal Nature Climate Change.

sumber Baca juga: Perubahan Iklim dan Deforestasi Sebabkan Sejumlah Jamur Terancam Punah

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Swasta
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Swasta
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
LSM/Figur
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Pemerintah
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Pemerintah
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pemerintah
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
LSM/Figur
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Pemerintah
Sungai Jakarta 'Cemar Berat', Limbah Domestik Sumber Utamanya
Sungai Jakarta "Cemar Berat", Limbah Domestik Sumber Utamanya
LSM/Figur
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
Pemerintah
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
LSM/Figur
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
LSM/Figur
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Pemerintah
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau