Jakarta, Kompas.com - Kementerian Lingkungan Hidup meminta rumah sakit di berbagai daerah di Indonesia berkontribusi dalam memitigasi krisis iklim.
"Kalau bicara mitigasi, misalnya, rumah sakitnya menggunakan energi dari panel surya. Atau, limbah dikelola supaya tidak menghasilkan (emisi) gas (rumah kaca)," ujar Direktur Adaptasi Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup, Franky Zamzani dalam webinar, Selasa (2/9/2025).
Menurut Franky, limbah medis perlu dikelola dengan baik agar tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK).
Baca juga: Studi Ungkap, Perubahan Iklim Buka Jalan bagi Timbulnya Pandemi Zoonosis
"Apalagi limbah rumah sakit juga spesifik sekali ya. Mungkin gas atau emisinya juga lebih bedalah, bukan hanya karbon, tapi bisa ke metana (CH4) dan (nitrogen oksida) N2O dan seterusnya," tutur Franky.
Dalam konteks krisis iklim, kata dia, pengelolaan limbah medis sesuai dengan standar merupakan suatu kewajiban.
Dari segi pembiayaan dan teknologi, Franky mengakui pengelolaan medis yang sesuai standar membutuhkan pendanaan yang besar, sehingga itu menjadi tantangan bagi rumah sakit atau fasilitas kesehatan di daerah.
"(Terkait pembiayaan dan teknologi) itu yang saya enggak bisa jawab. Bagaimana kemudian sebuah rumah sakit di daerah yang belum terkelola limbahnya, tapi mempunyai kesadaran tadi untuk mengelola limbah medisnya," ujar Franky.
Ia menilai, RSUP Dr. Sardjito sudah mengelola limbah medisnya dengan baik. RSUP Dr. Sardjito, kata dia, dapat menjadi contoh dalam pengelolaan limbah medis yang sesuai standar.
"Contoh baik hal-hal yang sudah dilaksanakan (itu diharapkan) bisa di scalling up ke tempat-tempat lain," tutur Franky.
Baca juga: WHO: Panas Ekstrem akibat Perubahan Iklim Bikin Pekerja Stres
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya