JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Tropenbos Indonesia, Edi Purwanto, mengungkapkan bahwa saat ini Lanskap Pawan, Kepulauan Pesaguan, Kalimantan Barat, tak lagi mengalami kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Pihaknya mencegah karhutla dengan melibatkan masyarakat peduli api atau MPA. Kelompok MPA dilatih untuk memonitor potensi kebakaran pada lahan gambut melalui ponsel.
"Dan ini berkembang dengan baik, mulai tahun 2024 dan 2025 mendapatkan pendanaan dari Pemerintah Kabupaten Ketapang. Sekarang mendapatkan uang Rp 90 juta per kelopak per desa, untuk memonitor kebakaran, mencegah kebakaran di gambut," ujar Edi saat ditemui di Menara Kompas, Jakarta Pusat, Kamis (4/8/2025).
Kedua, Tropenbos Indonesia juga mengajak masyarakat untuk membangun pertanian ramah gambut, agroforestri di kawasan gambut, hingga budi daya nila sebagai pemanfaatan lahan sekaligus menambah penghasilan.
Baca juga: KLH: Sumatera dan Kalimantan Masih Berisiko Tinggi Alami Karhutla
Kemudian, menyusun rencana atau master plan bersama Pemkab dalam menyusun Peraturan Bupati (Perbup) terkait pencegahan karhutla. Sejak 2017, pihaknya berfokus pada pengelolaan hutan rawa gambut yang tersisa yakni 17.749 hektare di Bentang Alam Pawan-Pesaguhan dengan total luasan 80.000 ha gambut.
"Di dalam master plan itu sudah diuraikan berapa langkah-langkah setiap pihak dari masyarakat, pemerintah, private sektor, pemerintah, dan NGO," papar Edi.
"Dari situ akan akhirnya Peraturan Bupati pada tahun 2023. Di situ dijelaskan langkah-langkah bagaimana mencegah karhutla. Kami lakukan rencana aksi daerah untuk pencegahan kebakaran hutan ang melibatkan berbagai pihak," ucap dia.
Baca juga: Karhutla Landa Sumatera dan NTB, Api Hanguskan 177 Hektare Lahan
Terakhir, Tropenpos membuat kanal blocking atau sekat kanal dengan menggandeng Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) guna mencegah terjadinya kebakaran dan menjadi sumber air.
Setidaknya ada 13 sekat kanal yang sudah terbangun, dan membasahi gambut di kala musim kemarau.
"Ini merupakan langkah-langkah yang cukup bagus, dan sampai sekarang dari tahun 2021 sampai 2025 tidak ada kebaran yang berarti di sana.
Dan itu menunjukkan bahwa program ini berhasil," jelas Edi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya