Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raksasa Antarktika Meleleh, Gunung Es Berusia 40 Tahun Akhirnya Hancur

Kompas.com - 04/09/2025, 17:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah gunung es raksasa, yang diakui sebagai salah satu yang tertua dan terbesar, kini ditemukan mulai hancur di perairan hangat setelah terlepas dari Antarktika hampir 40 tahun lalu. Gunung es ini diperkirakan bisa hilang dalam hitungan minggu.

Terlepasnya gunung es adalah proses alamiah. Namun, para ilmuwan menyebutkan laju hilangnya gunung es dari Antarktika meningkat, kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan iklim akibat ulah manusia.

Awal tahun ini, "megaberg" atau gunung es raksasa itu yang dikenal sebagai A23a memiliki berat sekitar satu triliun ton dan menjadi gunung es raksasa yang tak tertandingi.

Bongkahan es air tawar beku yang begitu masif itu bahkan sempat membahayakan lokasi mencari makan penguin di sebuah pulau terpencil di Samudra Atlantik Selatan, tetapi akhirnya gunung es itu terus bergerak menjauh.

Baca juga: Lubang Ozon di Antarktika Mulai Pulih, Bukti Upaya Global Berhasil

Namun kini berdasarkan citra satelit dari Copernicus, pemantau observasi Bumi milik Uni Eropa, ukurannya kini kurang dari setengah ukuran aslinya.

Kendati demikian, gunung es itu masih memiliki ukuran yang besar, yaitu 1.770 km persegi dengan lebar 60 km di titik terlebarnya.

Dan kemudian dalam beberapa minggu terakhir, bongkahan-bongkahan besar dengan luas sekitar 400 km persegi telah terlepas dari gunung es tersebut.

Sementara itu, kepingan-kepingan yang lebih kecil, banyak di antaranya masih cukup besar untuk membahayakan kapal, berserakan di laut di sekitarnya.

"Gunung es itu pecah dengan cukup dramatis seiring ia semakin hanyut ke utara," kata Andrew Meijers, seorang ahli oseanografi fisik dari British Antarctic Survey, dikutip dari Science Alert, Rabu (3/9/2025).

"Menurut saya, gunung es ini sudah di ambang kehancuran. Bagian bawahnya pada dasarnya 'membusuk'. Airnya terlalu hangat untuk bisa menjaganya utuh. Gunung es ini terus-menerus mencair," jelasnya.

"Saya perkirakan itu akan terus berlanjut dalam beberapa minggu mendatang, dan saya rasa dalam beberapa minggu ke depan gunung es itu tidak akan benar-benar bisa dikenali lagi," papar Meijers lagi.

A23a terlepas dari lapisan es Antarktika pada tahun 1986 tetapi dengan cepat kandas di Laut Weddell, tetap menancap di dasar laut selama lebih dari 30 tahun.

Gunung es itu akhirnya terlepas pada tahun 2020. Seperti raksasa-raksasa lainnya sebelumnya, gunung terbawa oleh Arus Sirkumpolar Antartika yang kuat melewati "jalur gunung es" menuju Samudra Atlantik Selatan.

Namun tahun ini, sekitar bulan Maret, bongkahan itu kembali kandas di perairan dangkal di lepas pantau Pulau Georgia Selatan yang terpencil.

Itu sempat menimbulkan kekhawatiran karena dapat mengganggu koloni besar penguin dan anjing laut dewasa yang mencari makan di sana.

Baca juga: Mencairnya Es Antarktika Bisa Bangunkan 100 Gunung Berapi Bawah Laut

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Industri Semen Tekan Emisi 21 Persen, Bidik Semen Hijau Nol Karbon 2050
Swasta
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Inquirer ESG Edge Awards 2025: Apresiasi Perusahaan hingga UMKM yang Bawa Dampak Nyata
Swasta
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
Tangkap dan Simpan Emisi CO2 di Bawah Tanah? Riset Ungkap Cuma Bisa Dilakukan 200 Tahun
LSM/Figur
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Serangga Menghilang Cepat, Bahkan di Ekosistem Alami yang Tak Tersentuh
Pemerintah
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Masa Depan Pedesaan Lebih Terjamin Berkat Hutan dan Kearifan Lokal
Pemerintah
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Pemerintah
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
Hari Kelebihan Sampah Plastik 2025: Dunia Gagal Kelola Sepertiga Produksi
LSM/Figur
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Anggaran Naik, KLH Bakal Fokus Atasi Sampah dan Iklim
Pemerintah
Sungai Jakarta 'Cemar Berat', Limbah Domestik Sumber Utamanya
Sungai Jakarta "Cemar Berat", Limbah Domestik Sumber Utamanya
LSM/Figur
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
TNUK Tegaskan, JRSCA Bukan Habitat Buatan bagi Badak Jawa
Pemerintah
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
Peta Kawasan HCV Dibuat, Atasi Masalah Fragmentasi Habitat Satwa
LSM/Figur
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
KLH Dapat Anggaran Rp 1,3 T untuk Belanja Pegawai hingga Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
Peneliti: Penghitungan Karbon Secara Mandiri oleh Perusahaan Tak Akurat
LSM/Figur
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
PBB: Karhutla akibat Perubahan Iklim Sumbang Polusi Udara pada 2024
Pemerintah
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Bakal Dilanda Hujan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau