KOMPAS.com - Penggunaan plastik dalam sektor pertanian kian meluas, terutama dalam bentuk mulsa plastik atau lembaran hitam-perak yang menutup tanah di sekitar tanaman. Fungsinya untuk menghambat gulma sekaligus menjaga kelembapan.
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Kharisun, menilai tren ini muncul karena plastik dianggap lebih praktis dibanding mulsa organik atau serasah.
"Saya prihatin dengan penggunaan plastik yang cukup intensif untuk semua pengemasan-pengemasan ya, termasuk di dalam bidang pertanian. (Mulsa plastik) ini sebenarnya digunakan petani-petani yang agak mampu," ujar Kharisun dalam webinar, Jumat (26/9/2025).
Serasah - mulsa organik dari daun, ranting, bunga, hingga kulit kayu - umumnya dipilih petani dengan modal terbatas. Namun penggunaannya tidak sederhana. Jika terlalu banyak atau kurang terkontrol, serasah justru bisa menjadi sarang hama.
Baca juga: Tanah Terdegradasi, Iklim Memburuk: Pertanian Ramah Lingkungan Jadi Solusi
Selain faktor biaya, ketergantungan pada plastik juga dipengaruhi ketersediaan tenaga kerja di sektor pertanian. Serasah butuh perawatan rutin, sedangkan gulma yang dicabut manual memang bermanfaat menggemburkan tanah, tetapi makin sulit dilakukan karena keterbatasan tenaga.
"Sekarang kan tenaga untuk pertanian makin susah, sehingga kalau harus dicabutin (gulma) ya mungkin akan lama. Jadi ini mungkin nanti harus diarahkan lagi, juga sebenarnya lebih baik menggunakan seresah ya, tidak menggunakan plastik ya," tutur Kharisun.
Ia menyebutkan, solusi alternatif bisa datang dari sistem irigasi berbasis Internet of Things (IoT) yang memungkinkan penyiraman otomatis sesuai kebutuhan tanaman. Teknologi ini memang butuh modal awal, tetapi bisa mengurangi kebutuhan mulsa plastik dalam jangka panjang.
Lebih jauh, Kharisun juga menekankan pentingnya pupuk organik dan pestisida alami dari tumbuhan untuk mengurangi ketergantungan pada input pertanian berbasis plastik dan kimia.
"Kami kembali memang ke pertanian berkelanjutan, dengan memanfaatkan semaksimal mungkin bahan-bahan yang eh tidak terbuat dari plastik, tapi mempunyai efektivitas yang kurang lebih sama," ucapnya.
Baca juga: Pakar IPB: Cara Pemerintah Bangun Pertanian Kuno, Mirip Orde Baru
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya