Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Plastik Marak dalam Pertanian, Serasah Tersisih Meski Lebih Ramah Lingkungan

Kompas.com - 27/09/2025, 09:11 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penggunaan plastik dalam sektor pertanian kian meluas, terutama dalam bentuk mulsa plastik atau lembaran hitam-perak yang menutup tanah di sekitar tanaman. Fungsinya untuk menghambat gulma sekaligus menjaga kelembapan.

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Kharisun, menilai tren ini muncul karena plastik dianggap lebih praktis dibanding mulsa organik atau serasah.

"Saya prihatin dengan penggunaan plastik yang cukup intensif untuk semua pengemasan-pengemasan ya, termasuk di dalam bidang pertanian. (Mulsa plastik) ini sebenarnya digunakan petani-petani yang agak mampu," ujar Kharisun dalam webinar, Jumat (26/9/2025).

Serasah - mulsa organik dari daun, ranting, bunga, hingga kulit kayu - umumnya dipilih petani dengan modal terbatas. Namun penggunaannya tidak sederhana. Jika terlalu banyak atau kurang terkontrol, serasah justru bisa menjadi sarang hama.

Baca juga: Tanah Terdegradasi, Iklim Memburuk: Pertanian Ramah Lingkungan Jadi Solusi

Selain faktor biaya, ketergantungan pada plastik juga dipengaruhi ketersediaan tenaga kerja di sektor pertanian. Serasah butuh perawatan rutin, sedangkan gulma yang dicabut manual memang bermanfaat menggemburkan tanah, tetapi makin sulit dilakukan karena keterbatasan tenaga.

"Sekarang kan tenaga untuk pertanian makin susah, sehingga kalau harus dicabutin (gulma) ya mungkin akan lama. Jadi ini mungkin nanti harus diarahkan lagi, juga sebenarnya lebih baik menggunakan seresah ya, tidak menggunakan plastik ya," tutur Kharisun.

Ia menyebutkan, solusi alternatif bisa datang dari sistem irigasi berbasis Internet of Things (IoT) yang memungkinkan penyiraman otomatis sesuai kebutuhan tanaman. Teknologi ini memang butuh modal awal, tetapi bisa mengurangi kebutuhan mulsa plastik dalam jangka panjang.

Lebih jauh, Kharisun juga menekankan pentingnya pupuk organik dan pestisida alami dari tumbuhan untuk mengurangi ketergantungan pada input pertanian berbasis plastik dan kimia.

"Kami kembali memang ke pertanian berkelanjutan, dengan memanfaatkan semaksimal mungkin bahan-bahan yang eh tidak terbuat dari plastik, tapi mempunyai efektivitas yang kurang lebih sama," ucapnya.

Baca juga: Pakar IPB: Cara Pemerintah Bangun Pertanian Kuno, Mirip Orde Baru

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Pemerintah
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
BrandzView
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Pemerintah
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
LSM/Figur
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat 'Greenship Award 2025'
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat "Greenship Award 2025"
Swasta
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
LSM/Figur
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau