Oleh Arif Nur Muhammad Ansori*, Arli Aditya Parikesit**, Ronny Soviandhi***, Yudhi Nugraha****
KOMPAS.com - Kendati pandemi COVID-19 sudah berlalu, ancaman wabah penyakit masih bisa muncul kapan saja, termasuk dari pasar hewan yang menjual satwa liar di Indonesia.
Misalnya, Pasar Jatinegara di DKI Jakarta hingga Pasar Tomohon dan Langowan di Sulawesi Utara. Kawasan ini bisa menjadi “rumah” bagi penyebaran berbagai virus karena satwa liar adalah inang potensial bagi mereka.
Layaknya dapur tempat berbagai bahan tercampur sebelum menjadi masakan, pasar menjadi laboratorium alami di mana virus-virus zoonosis baru bisa bermutasi dan “siap melompat” ke manusia.
Pandemi COVID-19 memberikan pelajaran penting mengenai peran pasar dalam penyebaran virus zoonosis baru.
Penelitian (2021-2022) menunjukkan bahwa pusat awal penyebaran SARS-CoV-2 berasal dari Pasar Huanan di Wuhan, Cina—yang terkonsentrasi di area penjualan hewan liar hidup.
Sampel lingkungan dari lokasi tersebut mengandung virus corona. Sampel juga memiliki DNA berbagai hewan liar yang diidentifikasi sebagai inang perantara potensial, seperti kelelawar, musang, dan anjing rakun.
Penemuan dua garis keturunan virus yang berbeda (Lineage A dan B), juga menunjukkan bahwa virus menular dari hewan ke manusia lebih dari satu kali dalam kesempatan yang berbeda.
Temuan ini menegaskan bahwa pasar—sebagai lokasi “titik temu” manusia, hewan, dan virus—sangat rentan melahirkan mutasi baru.
Di Pasar Tomohon dan Langowan, satwa liar (seperti ular, kelelawar, tikus hutan, babi hutan, dan biawak) diperjualbelikan, dan bahkan disembelih di tempat.
Hewan-hewan liar yang dibawa ke pasar rentan mengalami stres berat, sehingga daya tahan tubuh mereka menurun. Akibatnya, hewan lebih mudah sakit dan virus dalam tubuh mereka meningkat.
Studi di Vietnam (2020) mengungkap bahwa jumlah virus corona pada tikus sawah meningkat 10 kali lipat setelah tiba di pasar, dibandingkan saat masih berada di habitat alami mereka.
Hal ini diperparah oleh kondisi sanitasi pasar hewan Indonesia yang jauh dari ideal.
Misalnya, kelelawar, musang, dan ular ditumpuk dalam kandang sempit, sementara burung-burung liar bercampur dalam ruang terbatas.
Baca juga: Panas dan Kelembaban Ekstrem Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung
Darah dan urine hewan juga dibiarkan tergenang di lantai. Sementara ventilasi pasar buruk, alat pelindung diri (seperti masker atau sarung tangan) jarang digunakan oleh pedagang dan pelanggan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya