JAKARTA, KOMPAS.com — Industri baja nasional kini diposisikan sebagai tulang punggung strategi industrialisasi Indonesia menuju 2045.
Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Eko SA Cahyono, industri logam dasar ini memegang peranan vital dalam peta jalan industrialisasi, ketahanan nasional, serta transformasi ekonomi hijau yang tengah digarap pemerintah.
Eko menyatakan, sektor baja tak lagi sekadar industri, tetapi telah menjadi fondasi pembangunan strategis nasional.
Baca juga: Trump Naikkan Tarif Impor Baja Jadi 50 Persen, Uni Eropa Siap Membalas
“Industri baja sedang menuju posisi strategis, bukan lagi sekadar pelengkap infrastruktur,” ujar Eko dalam forum Indonesia Steel Summit & Exhibition Indonesia (ISSEI) 2025 beberapa waktu lalu.
Berbicara dalam diskusi interaktif yang dimoderatori Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Akbar Djohan, Eko menjelaskan, industri logam dasar menyumbang 11,55 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) sektor industri pengolahan nonmigas.
Bahkan, sektor ini mencatatkan pertumbuhan tertinggi pada kuartal I 2025, yakni sebesar 14,47 persen secara tahunan (year-on-year).
Dari sisi investasi, industri ini menjadi magnet utama dengan nilai mencapai Rp 238,4 triliun sepanjang tahun lalu, hampir 14 persen dari total investasi nasional.
Baca juga: Trump Akan Gandakan Tarif Impor Baja Jadi 50 Persen
Dalam kerangka RPJMN 2025–2029 dan Visi Indonesia Emas 2045, industri baja ditetapkan sebagai sektor prioritas. Kemenperin menggariskan lima kebijakan utama untuk memperkuat ekosistem industri baja, yakni sebagai berikut.