JAKARTA, KOMPAS.com – Di tengah geliat pemulihan ekonomi pasca-pandemi Covid-19, Bali memasuki fase ekspansi.
Hal ini bisa dilihat dari data pertumbuhan ekonomi Bali sebesar 5,78 persen secara kumulatif pada semester I-2025, melampaui rata-rata nasional yang berada di kisaran 5,1 persen.
Lonjakan kunjungan wisatawan mancanegara, yakni mencapai 2,64 juta orang dalam lima bulan pertama 2025, menjadi mesin penggerak utama ekonomi Bali.
Baca juga: Wayan Koster Tolak Kasino di Bali Meski Ditawari Untung Rp 100 Triliun
Ilustrasi wisatawan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Bali pada Jumat (20/12/2024).Angka ini naik signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu, didorong oleh kembali menggeliatnya agenda MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) dan festival budaya berskala internasional.
Namun, di balik tren positif ini, ada tantangan besar. Tingkat hunian hotel di Bali justru turun 10 hingga 20 persen dibanding tahun sebelumnya.
Penyebabnya antara lain maraknya akomodasi ilegal dan short-term rental yang tidak terdaftar, memicu kebocoran pendapatan daerah dan mengancam ekosistem pariwisata formal.
Direktur Eksekutif IEF Research Institute Ariawan Rahmat menyatakan pentingnya membangun sinergi pemerintah, pengusaha, dan masyarakat dalam memperkuat daya saing Bali sebagai destinasi wisata kelas dunia sekaligus pusat pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Baca juga: Kemenhub Bakal Operasikan Taksi Air dari Bandara Bali ke Seminyak hingga Canggu
Ariawan juga mengingatkan perlunya kesiapan administrasi dan tata kelola usaha di tengah iklim ekonomi yang kondusif di Bali agar bisnis mampu mencapai keberlanjutan.
“Bisnis yang kuat bukan hanya soal omzet besar, tapi juga administrasi yang rapi dan kepatuhan yang
terjaga. Pajak adalah tiket legal untuk tumbuh tanpa bayang-bayang masalah hukum,” kata Ariawan dalam keterangan tertulis, Sabtu (16/8/2025).