“Perbankan memiliki pakem kehati-hatian dan persyaratan agunan yang ketat. Fintech lending bisa menawarkan pembiayaan dengan syarat lebih mudah dan proses yang lebih cepat karena mereka relatif lebih agile dibandingkan bank,” ujar Faisal seperti dikutip dari Kompas.id, Selasa (13/5/2025).
Pandangan serupa juga disampaikan Direktur Eksekutif Segara Institute, Piter Abdullah. Menurut dia, pinjaman daring memiliki peluang besar untuk menjangkau masyarakat unbanked serta memperluas akses pembiayaan UMKM.
“Pinjaman daring menjadi antitesis dari perbankan. Kalau perbankan superketat, pinjaman daring supermudah di tengah masyarakat yang akses perbankannya masih rendah,” tuturnya.
Peran penyelenggara daring tak berhenti di pembiayaan. Penyedia layanan juga aktif mendorong inklusi keuangan.
AFPI sendiri telah melakukan sejumlah inisiatif terkait hal tersebut. Salah satunya adalah menyelenggarakan Fintech Lending Days (FLD) 2025 di Kota Sorong, Papua Barat Daya, Rabu (9/7/2025) dan Kamis (10/7/2025).
FLD Sorong 2025 berfokus pada peningkatan literasi dan edukasi ke masyarakat serta pengenalan pendanaan digital yang aman dan produktif bagi pelaku UMKM, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur.
Entjik menjelaskan, dalam acara tersebut, lebih dari 25 pelaku UMKM lokal dan 31 platform pindar turut berpartisipasi.
FLD, lanjutnya, dihadirkan sebagai bentuk komitmen AFPI untuk mendekatkan layanan pendanaan digital berbasis teknologi atau pindar kepada masyarakat di berbagai wilayah Indonesia, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur.
“Kami ingin mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan yang lebih merata serta membuka akses pembiayaan yang lebih luas dan aman bagi pelaku UMKM,” ujar dia seperti diberitakan Kompas.com, Minggu (13/7/2025).
Fintech Lending Days 2025 di Sorong merupakan edisi kelima sejak digelar pada 2021 di berbagai kota Indonesia, seperti Bali, Malang, Makassar, Yogyakarta, dan Medan.
Kemudian, pada Kamis (21/8/2025) dan Jumat (22/8/2025), AFPI mengadakan podcast yang ditayangkan secara live di YouTube selama 25 jam nonstop. Acara ini berhasil mendapatkan Rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori “Siaran Literasi Pinjaman Daring Terlama”.
Program tersebut menghadirkan lebih dari 100 pembicara lintas sektor, mulai dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), pejabat OJK, penulis Ika Natassa, hingga jurnalis Aiman Witjaksono.
Entjik menegaskan bahwa penghargaan rekor MURI bukan sekadar soal durasi siaran, melainkan simbol semangat berbagi pengetahuan agar masyarakat semakin paham menggunakan pinjaman daring (pindar) yang sehat, legal, dan bertanggung jawab.
Pasalnya, literasi keuangan merupakan kunci untuk membuka peluang dan memberi keberdayaan bagi banyak keluarga dan pelaku usaha.
“Bagi AFPI, rekor ini bukan sekadar durasi 25 jam, melainkan simbol semangat berbagi pengetahuan. Dengan demikian, semakin banyak masyarakat memahami prinsip dasar dalam menggunakan pinjaman daring legal dan logis,” kata Entjik.
Inisiatif edukasi literasi keuangan dari AFPI mendapat apresiasi dari Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK Agusman.
Menurutnya, acara tersebut merupakan wujud komitmen nyata dalam memperkuat literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia khususnya di industri pinjaman daring.
“Literasi yang baik akan melindungi masyarakat dari potensi risiko sekaligus meningkatkan kepercayaan terhadap penyelenggara pindar,” tutur Agusman.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarangArtikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya