Ia menekankan perlunya penyempurnaan di berbagai aspek.
Menurutnya, langkah pertama adalah memperkuat keterbukaan informasi.
“Masih banyak emiten yang minim transparansi soal afiliasi hingga laba yang tidak berkelanjutan. Solusinya, tingkatkan kewajiban continuous disclosure seperti di Singapore Stock Exchange dan Bursa Malaysia. Gunakan teknologi untuk automated alert bagi keterlambatan laporan,” ujarnya.
Kedua, otoritas perlu mengembangkan sistem pengawasan dini terhadap manipulasi pasar menggunakan surveillance system seperti di bursa maju. Teknologi ini bisa mendeteksi pola wash trading, layering, spoofing, dan pump and dump.
“Publikasikan daftar sanksi secara terbuka. Investor perlu tahu siapa saja yang pernah melanggar. Efek jera datang dari transparansi, bukan hanya sanksi administratif,” kata Irwan.
Ia juga menyarankan reformasi mekanisme perdagangan, seperti mempercepat penyelesaian transaksi dari T+2 menjadi T+1 serta membatasi rentang auto rejection saham berkapitalisasi kecil untuk menekan volatilitas.
Selain itu, Irwan menekankan pentingnya peningkatan edukasi berbasis data nyata serta memperketat proses penawaran umum perdana (IPO).
“Kualitas dan jumlah emiten harus ditingkatkan, bukan sekadar banyak, tapi juga sehat secara fundamental,” tambahnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang